Wednesday, May 14, 2003

Guci, Perempuan dan Puisi

Duet Maut: Nanang Suryadi-Hasan Aspahani



aku menemu guci dari dinasti ming

bertulisan puisi cinta di sebuah

pantai di sebuah senja.



guci itu dibakar bersama wanita

di atas kobar cemburu kekasihnya

dan puisi adalah kabar sesal

yang kukirim ke seluruh pantai

ke seluruh senja
.



mengapa cemburu menyala

di setiap tatap mata perempuan

yang menyatakan cinta dengan

tangis dan kata kata gemetar

di sela air mata di pelupuknya

yang ingin kucium mesra



kecuplah ia selekasnya,

ciumlah ia semesranya, biar

cemburu itu padam jadi rindu,

atau kau akan terbakar bersama

sesal abu.




tapi perempuan adalah puisi yang sukar

ditafsir maknanya dalam deret huruf, kata

frasa, kalimat, alinea rasa, dalam dada

dan tatap mata yang rahasia semata.



berikanlah hurufmu, bukakanlah rahasia kata

frasa, kalimat dan alineamu. maka kau dan

dia perempuanmu akan mengucap apapun jadi puisi

yang tak perlu tafsir sebab apa guna lapis rahasia

jika di dalam dada dan di tatap mata sudah terucap

segala yang paling kata.




malam melarutkan lagu ke dalam segenap

mimpi puisi yang ingin selalu meronta dari

dekap dengan gelisah cemas membanjiri

ingatan hingga bandang bah meluap ruah kata.



2003