Monday, May 23, 2011

[Tadarus Puisi #041] Bagaimana Chairil Menerjemahkan?

KITA bisa belajar dari sajak yang ia terjemahan ini. Bila sajak aslinya menekankan pada citraan-citraan laut, sebagaimana tersirat di judulnya, Chairil memindahkan penekanan itu pada sosok dara dalam sajak itu.

Chairil pun ganti judulnya. Jika menerjemahkan adalah pengkhianatan, penggantian judul adalah pengkhianatan terbesar dan terindah yang dilakukan Chairil dalam sajak ini.

Dalam terjemahan ini, juga dalam terjemahan lain, Chairil berhasil meyakinkan kita, bahwa Bahasa Indonesia kita ini punya potensi estetis (ini dulu sempat amat diragukan, bahkan masih diidap oleh banyak pemakai bahasa Indoensia sampai saat ini) yang luar biasa. Mari kita nikmati.

Datang Dara, Hilang
Terjemahan Chairil Anwar

“Dara, dara yang sendiri
Berani mengembara
Mencari di pantai senja,
Dara, ayo pulang saja, dara!”

“Tidak, aku tidak mau!
Biar angin malam menderu
Menyapu pasir, menyapu gelombang
Dan sejenak pula halus menyisir rambutku
Aku mengembara sampai menemu.”

“Dara, rambutku lepas terurai
Apa yang kaucari.
Di laut dingin di asing pantai
Dara, Pulang! Pulang!”

“Tidak, aku tidak mau!
Biar aku berlagu, laut dingin juga berlagu
Padaku sampai ke kalbu
Turut serta bintang-bintang, turut serta bayu,
Bernyanyi dara dengan kebebasan lugu.”

“Dara, dara, anak berani
Awan hitam mendung mau datang menutup
Nanti semua gelap, kau hilang jalan
Ayo pulang, pulang, pulang.”

“Heeyaa! Lihat aku menari di muka laut
Aku jadi elang sekarang, membelah-belah gelombang
Ketika senja pasang, ketika pantai hilang
Aku melenggang, ke kiri ke kanan
Ke kiri, ke kanan, aku melenggang.”

“Dengarkanlah, laut mau mengamuk
Ayo pulang! Pulang dara,
Lihat, gelombang membuas berkejaran
Ayo pulang! Ayo pulang.”

“Gelombang tak mau menelan aku
Aku sendiri getaran yang jadikan gelombang,
Kedahsyatan air pasang, ketenangan air tenang
Atap kepalaku hilang di bawah busah & lumut.”

“Dara, di mana kau, dara
Mana, mana lagumu?
Mana, mana kekaburan ramping tubuhmu?
Mana, mana daraku berani?

Malam kelam mencat hitam bintang-bintang
Tidak ada sinar, laut tidak ada cahaya
Di pantai, di senja tidak ada dara
Tidak ada dara, tidak ada, tidak –


A Song of The Sea  
Hsu Chih Mo

I
“Girl, girl alone,
Why do you wander
The twilight shore?
Girl, go home, girl!”

“No, I won’t go!
Let the evening wind blow
On the sands, in the glow.
My hair is combed bay the winds,
As I wander to and fro.”

II
“Girl, with the hair uncombed,
Why do you stay
By the cold silent sea?
Girl, go home girl!”

“No, let me sing,
Let me sing, wild sea who sings to me
Under the starlight, in the cool winds
A girl’s voice singing free”

III
“Girl daring girl
Dark clouds are coming over the sea’s edge
Soon there will be fierce clouds
Girl, go home, go!”

“Look, I am dancing in the air,
I am a seagull dancing among waves,
In the ecening tide, in the sands,
Swiftly hovering, gracefully,
Back and forth, back and forth.”

IV
“Hark, the wild rages of the wild sea!
Girld, go home, go!
Look, the waves are fiarce beasts.
Girl, go home, girl!”

“The wave will not eat me,
I am like the tossing of the wild seal
In the tide’s song, in the wave’s light
I hurry amidst the sea-foam,
Tumbling, tumbling!”

V
“Girl, where are you girl?
Where is your song?
Where is your graceful body?
Where are you, daring one?”

The dark night eats up all the stars
There is no more light on the sea,
No more girl on the beach,
No more girl – no –