Thursday, January 13, 2011

Amaradhana

KAMI catut nama-Mu di lembar uang kami, Tuhan. Berapa sebenarnya harga-Mu? Kami lebih peduli pada angka-angka di uang kami.

Engkau saksikankah setiap kali kami bertukar harga? Ini perdagangan kami, Tuhan. Ini jual beli kami. Engkau, nama yang tak kami baca.

Di pasar, aku pernah melihat Kau dijual. Dengan harga yang lekas jatuh saat ditawar. Tuhan, mereka membeli-Mu sebagai suvenir.