Sunday, August 24, 2008

[Ruang Renung # 235] Penyair Merangkak Mengemis Kesempatan

DI blog M Aan Mansyur, seorang berkomentar begini: mengapa Anda masih saja mencuri lahan untuk penulis-penulis baru? Bukankah Anda sudah tiba di puncak dan lihatlah ke bawah, banyak yang masih merangkak. Mengapa tidak meluangkan sedikit kesempatan kepada mereka yang masih merangkak itu?

Komentar itu diberikan untuk kabar baik Aan tentang puisinya yang dimuat lagi di Koran Tempo minggu. Saya kira, itu komentar orang yang cengeng dan penakut. Pertama, dia tak menyebutkan namanya: anonim. Kedua, kalau sadar masih merangkak kenapa harus menyuruh orang yang sedang berlari untuk duduk diam? Bila ingin melampaui Aan, maka berlatihlah untuk berlari kuat dan kencang, lebih kuat dan lebih kencang dari Aan. Dengan demikian dan hanya dengan demikian, maka puisi Indonesia akan sehat jantungnya.

Kesempatan untuk tampil kok diminta. Rebut, dong. Ciptakan kesempatan itu. "saya mulai mengirim ke media nasional sejak 2004 dan muat pertama kali di Kompas 2006. Lama juga ya menunggu dua tahun..." kata Aan pada saya. Selama itu, tak terhitung berapa kali dia mengirim.[]