Thursday, August 21, 2008

Dua Bentang Tikar Sembahyang

AKU ingin kemeja lengan panjang yang kau jahit
dari lembaran langit senja: kita sama suka
warna yang amat sementara, selembut krim susu,
sebentar saja lalu jadi warna murung, segelap terung.

Dan di malam semalam sudah kupetik sembilan bintang
enam tersemat sebagai kancing dan jadi terang
Tiga buat perhiasanmu: liontin berkalung akar
dan cemerlang sepasang anting.

Kalau lagi nanti kita lewati angkuh pagar
pusat perbelanjaan maha besar
aku akan kenakan baju buatanmu,
baju tak bersaku itu, maka aku
terhindar dari curiga
pasukan satuan pengamanan yang
akan sibuk menekuri asbak sesak
dan terbebas dari rayuan
para perempuan penjaga gerai kemeja kasual
mereka lihai bersiasat dengan penjaga mesin kasir
mereka suka mengintip ke jauh saku,
mengira-ngira sejauh apa mereka bisa
selusupkan tangan ke dalamnya.

Kita bisa khusyuk berdoa di pasir ini saja
sujud dan rukuk di bawah langit terbuka
seperti mata lensa kamera raksasa
tapi tak apa jua, bila ada cukup sisa
jahitlah lembaran langit tadi untuk
sepasang tikar sembahyang:
     sebentang untukku, yang masih belajar jadi imam
     sebentang untukmu, makmum yang paling kusayang.