AKU ingin kemeja lengan panjang yang kau jahit 
dari lembaran langit senja: kita sama suka 
warna yang amat sementara, selembut krim susu,
sebentar saja lalu jadi warna murung, segelap terung. 
Dan di malam semalam sudah kupetik sembilan bintang  
enam tersemat sebagai kancing dan jadi terang
Tiga buat perhiasanmu: liontin berkalung akar  
dan cemerlang sepasang anting.
Kalau lagi nanti kita lewati angkuh pagar 
pusat perbelanjaan maha besar  
aku akan kenakan baju buatanmu, 
baju tak bersaku itu, maka aku  
terhindar dari curiga
pasukan satuan pengamanan yang 
akan sibuk menekuri asbak sesak
dan terbebas dari rayuan
para perempuan penjaga gerai kemeja kasual
mereka lihai bersiasat dengan penjaga mesin kasir 
mereka suka mengintip ke jauh saku, 
mengira-ngira sejauh apa mereka bisa 
selusupkan tangan ke dalamnya. 
  
Kita bisa khusyuk berdoa di pasir ini saja
sujud dan rukuk di bawah langit terbuka
seperti mata lensa kamera raksasa 
tapi tak apa jua, bila ada cukup sisa  
jahitlah lembaran langit tadi untuk 
sepasang tikar sembahyang: 
     sebentang untukku, yang masih belajar jadi imam
     sebentang untukmu, makmum yang paling kusayang.