Tuesday, April 29, 2008

[Pencerahan 24 # dari 365] Jalan Puisi

Penyair Guru, saya ingin menempuh jalan puisi, tetapi kenapa akhir-akhir ini saya merasa tambah asing dengannya? Padahal hampir tiap hari saya berupaya menikmati berbagai karya puisi dari buku, blog, milis, majalah. Saya seperti tidak sanggup meniti jalan tersebut, padahal saya sangat menginginkannya. Apa yang harus saya lakukan, Penyair Guru? Seringkali saya mengagumi ketika ada penyair menampilkan metafora-metafora yang memukau. Kapankah saya bisa membuat sesuatu yang Puisi?


Jangan berjalan di jalan puisi bila engkau merasa asing dengan puisi. Akrabilah dahulu puisi itu. Biarlah pelan-pelan keakraban itu yang mengajarimu melangkah. Jangan bertanya kemana langkahmu dibawanya. Nikmati saja.

Jangan terus-menerus engkau risau dan bertanya karena hendak memastikan dengan bertanya padanya, "inikah jalan puisi? Inikah jalanmu, Puisi?" Jangan bertanya, engkau akan rasakan ketika tahu jawabannya.

Jangan meragukan kesanggupanmu melangkah di jalan puisi. Jangan terlalu menginginkannya. Karena keinginan yang berlebih justru akan membuat langkahmu buru-buru. Engkau nanti akan jatuh tersandung banyak hal di jalan itu. Engkau nanti menyesal dan memilih berbelok ke jalan lain.

Nikmatilah Puisi, lebih dari sekedar engkau menikmati karya puisi. Nikmatilah puisi di mana saja tidak hanya di buku, blog, milis, dan majalah. Engkau bisa menemukan puisi di mana-mana. Di mana saja, dekati dia. Puisikanlah puisi itu. Hanya puisi yang memberi ilham kepada puisi.

Jangan membuat puisi karena engkau ingin orang mengagumi puisimu. Jangan membuat metafora dengan niat agar orang terpukau pada metafora itu.

Engkau bertanya kapankah saya bisa membuat sesuatu yang Puisi? Aku kira ketika kau bertanya begitu kau sudah kehilangan banyak kesempatan untuk melangkah menuju Puisi yang kau hendak tuju itu.