Saturday, April 19, 2008

Beberapa Cara Menyajakkan Empat Kata Itu

           : Damora, Fachrizal

/1/
NASIB yang menggumpal, gombal,
tembus, terembus dari kanal ke panas kental
bara biru, puting kayu, pokok bakau, rawa payau
angin, mereken oksigen, dari tebal tuas bulu ayam
"Tuan Pandai Besi, boleh kupesan parang
tak berhulu? Sambung sambang, kujepit
jempol di sela telunjuk dan jari hantu,
parang pesananku memanjang di situ..."

/2/
DIA dia sangat mengenal, panas bara api
di tungku tua itu, seperti nafas naga, katanya.
Seperti nar neraka? Tidak. Aku hampir
tak percaya pada siksa, katanya. Maka, padanya
datanglah selalu para lelaki, dengan
sepotong mentah besi, dibungkus
segumpal gombal, yang kelak ia peram
di panas apinya.

Keras besi tak seperti kayu, panas ditempa,
memipih menajam, sebelum kokok ayam.

Dari jauh, orang orang akan mendengar
seperti suara gamelan, besi ditabuh,
bertalu, suara lenguh, dan selalu saja
ada selingan desis, besi panas yang dicelupkan
ke air sumur. Seperti suara ular besar. Lalu,
ketika lelaki pemilik besi datang lagi, maka
ia akan menerima sepotong pedang yang
menyimpan taring singa, hunus kuku jempol
seekor naga dan seekor ular di dalamnya.

/3/
DULU ada sekawanan unggas
pemberani, terbang mengacaukan awan,
mengembalikan hujan,
dan menghalang matahari.

Kamu kira garuda?

Bukan, mereka bukan garuda.
Mereka unggas yang bentang
sayapnya memutus pelangi.

Di antara kawanan itu, ada sepasang
yang sejak ditelurkan sudah berbeda.

Ketika menetas mereka berdua
membenci kawan-kawannya,
"kebengisan yang gombal," katanya.

Dua unggas itu tidak memangsa, tidak
ingin belajar terbang dan mereka menjinak
mendekat ketika dipanggil dengan
jentik jempol dan jari, dan membagi telurnya
untuk pak pandai besi, bahkan kelak ketika
beranak-pinak, mereka rela dijadikan sajian
di kenduri panen para petani.