Thursday, May 17, 2007

[Ruang Renung # 206] Membaca Syair

Syahdan, jika sahabat hendak bermain-main satu waktu, coba panggil
seorang orang Melayu yang pandai bersyair, suruh baca dengan lagunya yaitu
seperti nyanyi, maka lebih terang lagi maknanya. Demikianlah adanya.

[Surat Raja Ali Haji kepada Von De Wall, 6 Juli 1858/14 Zulkaidah 1274]

Syair dituliskan oleh penyair. Ia bisa dibaca langsung dari teks tertulisnya oleh orang lain. Ia juga boleh dibacakan oleh orang lain untuk orang lain. Ada cara membaca syair itu. "Yaitu seperti nyanyi," kata Raja Ali Haji kepada sahabatnya Von De Wall. Maka apa? "Maka lebih terang lagi maknanya," kata Raja Ali Haji.

Raja Ali Haji mengirimkan syair yang ia tulis setelah menerima tempat dawat perak dari gubernemen - demikian menyebut pemerintah Belanda di Tanjungpinang kala itu. Bagi seorang penulis, itu adalah hadiah yang amat menggembirakan. Tersebab kegembiraan itu ia menyusun syair yang ia beri nama Syair Ikat-ikatan yang terdiri atas dua puluh empat bait dan dua belas puji. Syair itu berguna sebagai, "Peringatan kepada ahli-ahli kita di belakang hari," kata Raja Ali Haji.

Demikianlah pula agaknya puisi buat kita sekarang. Ada puisi yang bisa dibacakan entah dengan lagu seperti nyanyi atau dengan gaya membaca yang khas lainnya agar jelas maknanya. Dan ia dituliskan agar ada yang menjadi peringatan orang tentang kita, atau tentang apa yang kita tuliskan itu kelak bagi orang yang hidup setelah kita.

Demikianlah.[]