Tuesday, December 20, 2005

Tujuh Gurindam Sajak

Gurindam Pasal yang Pertama: Sajak Kata

Ketika kau tuliskan sajak-sajak suram,
ketika itu pula mata kata memejam.

Apabila tak kau tulis sebait pun sajak,
ada kata yang diam-diam hendak berteriak.

Saat kau lahirkan sajak sebait,
sejak itu kata mengenal jerit sakit.

Walau tak datang sajak yang kau undang,
jangan kau usir kata asing yang datang.

Kau sembunyikan di mana jejak sajakmu?
selalu ada kata rindu memaksa bertemu.

Ada sajak yang kau tuangkan ke gelas,
siapakah yang mereguk kata hingga tandas?

Jika kau paksa juga menulis sajak,
kata memang tiba, tapi makna jauh bertolak.

Jangan ajari sajakmu mengucap dusta,
sebab mulutmu akan dibungkam kata-kata.

Biarkan sajakmu dicela dicaci dinista,
karena maki cuma kata yang cemburu buta.

Di mana kau simpan sajak terbaik?
di hati, lalu biarkan kata mengucap tabik.

Pernahkan sajak meminta lebih darinya?
kata berkata: ah apalah, aku cuma kata...



Gurindam Pasal yang Kedua: Kamus Kata

Siapa kata yang tahan diam dalam kamus bahasa,
cuma kata hilang, yang ditemukan oleh lain kata.

Adakah kata yang bertahan di luar kamus kata,
Ya, dia kata yang menyebut fasih siapa dirinya.

Buat apa mencari kata dalam kamus yang rimba,
ke dalam sajak paling bijak, jejak kata baka tertera.

Kamus bukan samudera, juga bukan luas angkasa,
kamus cuma peta, menuntun pemburu melacak kata.

Jadilah pemburu yang membebaskan kata-kata,
Jadilah penakluk kamus, pengejar batas bahasa.

Di manakah rumah paling nyaman bagi kata?
Pada sajak, bukan kamus, bukan pada bicara.



Gurindam Pasal yang Ketiga: Jejak Sajak


Ketika kau bertanya-tanya apakah yang sajak,
ketika itu pula kau telah banyak hilang jejak.

Dalam sajak-sajak, kau mesti terus jauh melacak,
hanya itu jalan, agar kau dan sajakmu bertemu jejak.

Mulailah sajakmu dari apa yang terbaca pada jejak,
jika tak kau akan kehilangan keduanya: sajak dan jejak.

Telusuri saja jejak kata, ikuti saja jejak sajak,
keduanya membawamu ke bahasa yang puncak.

Kau yang tak tahu kata, tapi ingin mencapai sajak,
kelak hanya membekaskan jejak-jejak yang bengak.

Kau yang tahu kata, tapi jauh meningalkan sajak,
kelak hanya akan ditinggal kata, tak juga berjejak.




Gurindam Pasal yang Keempat: Kata Makna

Kenapa kau takut hilang jejak di dalam sajak,
bukankah hakikat sajak adalah jauh melacak?

Kenapa kau takut sajakmu kehabisan kata-kata,
bukankah hakikat sajak adalah kata yang mencipta?

Kenapa sajak kau jejali kata, kau bebani makna?
sajak itu meleluasakan kata, meluaskan makna

Sejak mulai bicara, kau ucapkan jutaan kata,
kenapa tak sebait pun sajak ingin kau cipta?



Gurindam Pasal yang Kelima: Sepi Sajak


Jejak sunyi dalam sajak, kenapa selalu terbaca?
sebab sajak: penggema sepi yang tak ingin bicara.

Hanya di jalan sepikah sajak mau melintas lalu,
tak, ia hanya ingin kau mendengar bisik dirimu.

Sajak mencipta sunyi atau sunyi merahimkan sajak?
Apa saja, tapi dalam sunyi sajak ada nyaring teriak.

Lalu kenapa tak berdiam saja dan sebut itu sajak?
Diamlah saja. Sajak tak pernah minta disebut sajak



Gurindam Pasal yang Keenam: Cinta Sajak


Penghasut besar bagi lahir sajak ialah cinta,
kau mesti pecahkan dia, dapatkan inti sepinya.

Jangan menulis sajak cinta, ketika kau rasa cinta,
yang kau dapatkan hanya sajak penuh pura-pura.

Hingga cinta cukup berjarak, sajakmu tahan saja,
Meski dalam cinta, sajak datang amat ramahnya.

Cinta membenci ada jarak, cinta memusuhi sepi,
jarak menciptakan cukup sepi, sajak menemu diri.

Tapi kenapakah telah begitu banyak ditulis sajak cinta,
tak lihatkah, mereka lahir dari cemas yang teramat ada.

Tapi kenapakah masih saja ditulis sajak-sajak cinta,
tak apa, asal sajak cintamu tak lahir dari cinta itu saja.



Gurindam Pasal yang Ketujuh: Sajak Siapa

Untuk siapakah sebenarnya sajak kau cipta?
sia-sia jika kau tak menulisnya untuk sajak saja.

Kepada siapa bisa kau berikan sajak-sajakmu?
Sajak perlu dibela, beri ia pada yang tahu.

Ada penyelinap dalam sajak yang seolah sajak,
Ah, malanglah, ia tak akan mampu jauh bertolak.

Adakah sajak yang kau sebut sesungguh sajak?
sajak hidup dalam kau, kau hidup dalam sajak.

Siapakah kau yang terus rindu mencari sajak,
kau yang menemu diri tapi masih merasa tak berjejak.