Sebuah Kartu yang Mengucapkan Selamat Ulang Tahun
sebuah kartu datang padaku, teronggok begitu saja
di hadapanku pada hari yang bersamaan tanggal dan 
bulannya dengan tanggal dan bulan lahirku...(tentunya
harinya berbeda, eh, tak tahu juga ya, soalnya aku 
bahkan lupa hari lahirku kamis atau selasa)
sebuah kartu datang padaku, dan aku menebak-nerka
kartu ini dari siapa ya? sebabnya, aku tak pernah merayakan
apa-apa, apalagi mengundang orang hanya untuk nyanyi-nyanyi
sambil tepuk-tepuk: happy birthday to you, lalu orang-orang itu
menyaksikan aku meniup lilin, dan memotong kue tar..(nah, jadi
kartu ini dari siapa ya?)
tak banyak teman yang tahu tanggal lahirku (atau bahkan tak 
ada sama sekali yang tahu, tepatnya lagi tak ada yang peduli 
karena toh aku juga tak hirau dan tak mengistimwewakannya)
sebuah kartu datang padaku, baiklah, kuanggap saja ini datang 
atas nama dirinya sendiri. sesekali boleh kan begitu. kasihan juga 
jadi kartu itu, karena harus selalu jadi alat mengantarkan ucapan. 
mungkin dia memang ditakdirkan begitu barangkali? dicetak untuk 
diperalat seperti itu? 
sebuah kartu datang padaku, dan aku tak ingin menebak dia 
dikirim oleh Tuhan. iseng amat sih Tuhan mengirim kartu segala. 
memangnya aku ini siapa? kalau memang aku hendak diberi 
peringatan tentang umur, kenapa harus ikut-ikutan memperalat kartu? 
Tuhan, Tuhan, sampeyan kok ada-ada saja. aku sebenarnya
sudah merasa tua pada usia 7 atau bahkan 5 tahun dulu. dan 
kini di usia yang lebih  dari 2 digit kepala 3, aku bahkan tak 
membedakan tua atau muda. (aku tak mau memperalat dan 
diperalat usia. tahu maksudnya?)
atau jangan-jangan memang Tuhan, ya? (ketika terlintas pikiran 
ini lagi, aku langung merobek-robek kartu itu). aku takut jangan-
jangan nanti ihwal kartu ini bocor ke teman-teman pers, atau beredar 
di milis-milis. tahulah, zaman ini apa saja bisa dihembus-gelembungkan. 
nanti aku disebut-sebut sebagai Nabi, yang dapat wahyu dari Tuhan lewat 
sebuah Kartu. nah, 
bisa runyam kan?
Mar 2003