Friday, March 25, 2011

Lenggang Iga Panggang

SAATNYA mengucap cinta dan selamat tinggal kepada iga panggang, sebelum rusuk liar itu, menusuk dan merusak pinggang, membatu dan mengarang.

Ah, sekawah kuah, mengirim salam kepada soto tanpa nama yang sesak dan terus tumpah! Membanjiri ruang kunyah! Ah, lapar yang mewah!

Secawan kuah sup, padanya sesal menyusup, di antara silinder wortel, rampai daun seledri, dan kubusan kentang. Kita tak selesai, saling suap, saling hirup!

Kau sambal mangga, meninggalkan getah yang melepuhkan, jauh di tangkai, jauh di dahan. Di talamku kau terbuka, kubayangkan lidahku luka. Luka yang nyata.

Mulutku mangkok acar, bila diam akan makin masam, dan bila mengunyah makin pedas air ludah. Siapa di antara kita, yang Juru Masak sebenarnya?