Thursday, July 16, 2009

Di Sebuah Kafe di Kemang

: Totot Indrarto


"APAKAH warna Sepi?" kawanku bertanya.

Aku hendak bersuara, tapi didahului
oleh bunyi itu, "bening!" serunya. Ah,
ternyata dia sendiri yang menjawab:
Sepi, sejak tadi ia ada di tengah kami.

Sepi itu lantas menjatuhkan beningnya
ke dalam gelap kopi, dari Mandailing
atau Toraja? Ah, kenapa, jauh sekali
perjalanan keping-keping biji menghindar
Sepi. Toh, di sini itu juga yang ditemui.


*


"Apakah rasa Sepi?" kawanku bertanya.

Aku tak ingin menjawab, menunggu Sepi
itu bersuara sendiri. Dan tak terdengar
apa-apa, kecuali seperti seperih rintih,
sesakit siksa, sepukul pilu. "Sepikah,
itu yang sedang memperdengarkan suara?"

Gelas kosong kami tiba-tiba penuh terisi.

"Tuan tadi memesan seduhan airmatakah?"
tanya pelayan kafe. "Tidak," kata kami.

"Tapi, Sepi tadi yang minta ini disuguhkan,
katanya Tuan ingin tahu apa rasa airmatanya!"

Kami berdua tak juga berani, sekadar
mencicip, mencari tahu rasa Sepi tadi.