Monday, January 24, 2005

[Ruang Renung # 103] Puisi: Foto, Sketsa, Kolase

PUISI saya kira bukan sekedar selembar foto close-up dari sebuah peristiwa. Penyair bukan fotografer yang hanya tertarik pada detil sebuah gambar. Puisi adalah selembar gambar yang mungkin kabur, tidak fokus, melenceng tetapi semua catat fotografis itu dalam sebuah puisi bermakna dan punya alasan untuk menjadi seperti itu.



Puisi mungkin lebih tepat diibaratkan coretan lekas yang tetapi secara pas mewakili seluruh peristiwa. Keterwakilan itu penting dan menentukan harkat puisi tersebut. Dia tidak menjelaskan peristiwa itu. Dia tidak mendikte pembaca untuk sekadar "tahu" peristiwa itu atau mengajukan pemaknaan yang tunggal atas peristitwa itu, tetapi membebaskan pembaca untuk memberi makna sendiri berdasarkan sedikit coretan tadi.



Puisi mungkin lebih tepat diibaratkan sebagai kolase: tempelan dari banyak potongan gambar yang menyusun sebuah penafsiran lain dari gambar-gambar yang besar yang dibawa oleh potongan kecil yang ditempel-tempelkan tadi. Ujian bagi penyair adalah seberapa banyak gambar yang bisa ia kumpulkan, dan seberapa pandai dia memilih bagian mana yang akan ia robek untuk digabungkan dengan potongan gambar lain. Atau bahkan merasa cukup dengan sebuah robekan saja.[]