Saturday, July 19, 2003

Tentang Seorang Tukang Sembelih Ayam

SETIAP subuh dipastikannya

pisau-pisau itu telah tajam

matanya. Disapanya batu asah,

dengan lirikan sedingin udara.

Dia tak ingin ayam-ayam yang

hari itu bakal disembelihnya,

tersiksa sakit karena pisau

yang tumpul.



SETIAP kali diperiksanya kandang

tempat ayam-ayam itu ditampung

sementara. Diyakinkannya bahwa

wadah minum dan pakan ayam itu

tersedia. Karena dia tak ingin

ayam-ayam itu menderita lapar

dan haus sebelum disembelihnya

nanti.



SETIAP hari ditengoknya parit

kecil yang airnya mengalir deras.

Dia selalu berharap parit itu tak

tersumbat. Karena nanti ke arus

itulah diteteskan darah yang

memancur dari leher ayam-ayam

yang disembelihnya. Dan dia tak

ingin ayam-ayam itu sempat melihat

darah mereka menggenang ketika

mereka mengelepar-gelepar dan

kemudian tak bergerak lagi.



SETIAP saat dilihatnya sumbu

dan minyak kompor agar hari

itu bisa terus menerus menjaga

didih air rebusan. Dia tak ingin

ayam-ayam yang sudah disembelih

harus berlama-lama di air panas,

padahal mereka dicelup hanya

agar mudah tercabuti bulu-bulunya.



MESIN pencabut bulu itupun, selalu

diperiksanya. Apakah aliran listriknya

lancar, apakah putarannya kencang,

agar ayam-ayam yang sudah dicelup

ke air panas itu tak harus berlama-lama

tergiling di situ, hanya untuk merontokkan

bulu-bulunya.



LALU yang tak pernah ia lupakan juga

adalah talenan tempat memotong-motong

ayam yang sudah tak berbulu lagi itu.

Dia selalu menjaga agar potongan melintang

kayu bulat itu bersih. Dia tak ingin ayam

yang dipotongnya kecil atau besar -

tergantung jawaban dari pembeli setelah

ia bertanya: "mau disop atau digoreng?" -

kotor oleh sisa-sisa cairan dan potongan

daging ayam sehari sebelumnya.



YANG lebih penting lagi, adalah

dia selalu meninjau dirinya sendiri.

Memperfasih sebutan nama Tuhan.

Karena kadang-kadang suka ada rasa

bangga yang nyelinap ke hatinya, ketika

melihat anak-anak yang ikut membeli

ayam bersama ibu atau bapaknya

sembunyi ketakutan waktu melihat

dia memotongkan pisau yang tajam

di leher ayam yang memuncratkan darah

lalu mencelupnya di air mendidih

dan merontokkan bulu-bulunya, dan

kemudian memotong-motong ayam itu.



Jul 2003