Wednesday, May 19, 2010

[Kolom] Lelaki itu Cuma Setengah Perempuan, Kok

JIKA secara genetika kromosom X adalah penentu jenis kelamin betina, dan Y penentu jenis kelamin jantan, maka setiap lelaki dengan kombinasi kromosom XY itu sesungguhnya adalah makhluk yang separo perempuan. Sedangkan perempuan? Mereka sepenuhnya adalah perempuan dengan kromosom XX.

Ada acara kuis baru di TransTV. Judulnya Cowok atau Cewek. Pembawa acaranya Udjo Project Pop. Peserta kuis diminta menilai seseorang yang didandani sebagai seorang wanita. Tantangannya sederhana saja: silakan tebak orang itu lelaki atau perempuan. Peserta kuis dibantu sepanel pesohor jenaka yang siap membantu dengan mengajukan pertanyaan kepada si tamu. Kelucuan muncul saat si tamu membuka jati dirinya, dan ditayangkan rekaman sehari-harinya.



Kuis itu, selain memang cuma menghibur, seakan menguatkan teori genetika di atas. Kenapa si tamu (lelaki atau perempuan) semuanya didandani sebagai perempuan? Karena lelaki sudah separoh perempuan!

Mudah sekali memunculkan keperempuanan dalam diri lelaki. Lelaki memang makhluk yang tidak sempurna. Lelaki adalah jenis kelamin yang gagal, tak banyak gunanya, dan tidak banyak perannya bagi kelangsungan jenis makhluk bernama manusia. Paling tidak tak sebanyak dan tak sepenting perempuan.

Bayangkan, kita lupakan dulu aturan pernikahan yang sah. Tanpa suami sah, perempuan bisa hamil, melahirkan dan punya anak. Artinya dia bisa melanjutkan kelangsung jenis makhluk bernama manusia. Dia bisa saja tak peduli dari lelaki mana dia mendapatkan sperma. Konon begitulah yang berlaku di bank sperma. Di sana hanya ada data-data riwayat hidup, ras, (mungkin juga data soal ketampanan), tingkat kecerdasan, riwayat sakit, dan sama sekali tak ada data pribadi lain.

Bisakah itu dilakukan oleh lelaki? Tidak! Lho, kan bisa menyewa rahim? Memang, tapi itu artinya, tetap saja dia harus tahu siapa perempuan itu, menunggu, mengawasi si perempuan hamil selama sembilan bulan lebih hingga melahirkan. Lelaki sangat tergantung pada perempuan! Tak ada bank sel telur! Lagi pula kalau ada, setelah dibuahi, hendak dirahimkan di mana?

Sel sperma bisa diawetkan. Sel telur? Oh, ini sel yang amat angkuh. Dalam satu siklus dia hanya matang, dan siap dibuahi selama dua belas jam! Jika tidak dibuahi dalam waktu itu? Dia hancur, mati, dan membuang diri. Perlu satu siklus menstruasi lagi untuk mematangkan telur berikutnya. Artinya apa? Perempuan seakan bilang, "kami yang menentukan apakah seorang manusia baru lahir atau tidak. Lelaki, kalian boleh saja setiap saat bisa melepaskan spertma, tapi kamilah yang menentukan kapan sperma itu berguna karena bisa membuahi kami. Selebihnya, kalian hanya membuang-buang segumpal protein, sia-sia!"

Sekarang mari kita adu kekuatan kromoson X dan Y itu. X, ukurannya lebih besar dari Y, itu sebabnya si X ini bergerak lebih santai. Y lebih gesit, tapi kegesitan itu sebenarnya manifestasi dari ketakutan. Kenapa? Karena Y itu berumur lebih pendek daripada X. Pada kenyataannya lelaki memang hidup lebih pendek daripada wanita. Ini kalau merujuk ke rata-rata harapan hidup orang sedunia.


***

Kromosom penentu jenis kelamin, kadang tak selalu normal. Di antara seribu orang normal, ada satu kemungkinan punya kelainan, bukan XY atau XX, tetapi XXY. Orang dengan kromosom kelaim XXY ini, lelaki atau perempuan?

Sebelum sampai pada jawaban itu, mari kita lihat dulu komposisi kromosom ganjil itu. XXY. Bukan XYY. Manusia dengan kromosom itu pada dasarnya adalah lelaki, tetapi karena kelebihan kromosom X, maka timbul sifat dan tanda-tanda perempuan padanya.

Sindroma itu ditemukan oleh Dokter Harry Klinefelter, pada tahun 1942. Ya, bukan perkara baru. Penyandang sindroma klinefelter - diberi nama sesuai nama dokter yang menemukan penjelasan atas gejala ini - punya ciri-ciri: testis kecil, dada membesar, dan pinggul melebar. Ya, dia adalah lelaki, tetapi dengan tambahan ciri-ciri perempuan.

Hebat sekali kromosom X itu, bukan? Satu saja kehadirannya, bisa mengubah seorang manusia. Manusia normal punya 46 kromosom (23 dari ayah, 23 dari ibu). Pada penderita sindroma klinefelter kromosomnya jadi 47. Satu tambahannya ya X itu! Kromosom Y, pada kasus ini, benar-benar tidak berdaya!

Itu sebabnya, kenapa lebih banyak kasus transeksual adalah perpindahan jenis kelamin dari lelaki menjadi wanita. Saya ingat kaum Katoey di Pattaya, Thailand. Itu sebutan untuk para lelaki yang dengan sadar menjadi perempuan, operasi kelamin dan mencari nafkah dengan kondisi itu. Pemerintah negeri yang kini sedang rusuh itu membangunkan gedung opera. Di situ mereka tampil, melenggak seluwes perempuan, dan di luar gedung, turis yang membayar untuk menonton mereka, membayar lagi jika ingin berfoto bareng.

Ini lagi-lagi, bagi saya, menunjukkan kekalahan telak jenis kelamin lelaki! Lelaki dan perempuan, tertarik pada wanita - yang sebelumnya adalah lelaki. Saya kira opera di Pattaya itu jadi tak menarik kalau dimainkan oleh wanita tulen.


***

Riwayat manusia penuh dengan sejarah para lelaki yang merendahkan kaum perempuan. Ini juga naluri bawaan alam. Jika ada dua atau lebih jenis  yang berbeda, maka akan terjadi perebutan dominasi. Karena tugas-tugas biologis, hamil, menyusui, merawat anak, dulu wanita jadi jenis kelamin kelas dua. Tuhan pasti tidak menakdirkan begitu. Ini semata-mata kebodohan lelaki belaka. Perlakuan itu adalah naluri makhluk lemah, ya, lelaki jauh di dasar jiwanya dikendalikan oleh kesadaran akan kelemahannya.

Hamil, menyusui dan merawat anak, adalah tugas mahaberat. Hanya makhluk yang punya daya tahan luar biasa yang mampu menjalaninya. Dan itu adalah perempuan, bukan lelaki. Kurasa kalau lelaki hamil dan melahirkan, maka tingkat kematiannya akan jauh lebih tinggi daripada tingkat kematian ibu melahirkan.

Lho, tapi kan lelaki kuat karena tugas mencari nafkah? Ada satu suku bangsa yang punya pembagian kerja tidak lazim. Di kalangan mereka wanitalah yang mencari nafkah dengan berburu, dan meramu tanaman hutan. Suku itu nyatanya tidak punah. Kerja mencari nafkah bisa dijalankan oleh perempuan dengan baik.

Jadi, kesimpulan akhir dari tulisan ini adalah perempuan adalah jenis kelamin yang sempurna. Dan lelaki? Lelaki cuma separo perempuan, kok! Hormatilah perempuan. Sedangkan Rasul pun berpesan, surga itu ada di telapak kaki ibu kita, bukan? Ibu, ah dia, bukan lelaki, dia seorang perempuan.***