1. Tiket 
SEHARUSNYA, di situ tertulis namamu, di kolom tujuan itu. 
Apa aku harus peduli pada nama kota dan bandar udara? 
Seharusnya, di situ tercantum alasan keberangkatanku: 
Pulang menemui kamu, karena Rindu. "Ulangi kata itu, sepenuh 
yang bisa ditampung di ruang kosong, di kertas tiketku," 
aku akan berkata begitu, kepada petugas pencatat itu. 
2. Bagasi 
TAK akan kuserahkan ini pada petugas yang serampangan. 
Ranselku ini akan kupeluk saja di sepanjang penerbangan. 
"Ini Rindu yang tak kemas. Rindu yang membuat aku cemas. 
Ada banyak yang tak tertangkap. Ini Rindu yang tak lengkap," 
aku akan berkata begitu, nanti sesampai aku pada engkau. 
Tak akan kubiarkan apa yang sesak ini tercecer sembarangan. 
3. Ruang Tunggu 
AKU mencemaskan engkau. Bandara di negeri ini tak adil. 
Tak pernah ada ruang tunggu yang baik untuk penjemput. 
Aku mencemaskan aku. Rindu di hati ini juga tak pernah adil. 
Tak pernah ada waktu tunggu cukup, untuk sebentar sabar. 
4. Pintu Darurat 
KENAPA pramugari itu selalu saja, seperti menyuruh cemas? 
Aku sudah sangat tahu di mana dan bagaimana membuka 
empat pintu darurat, memakai jaket keselamatan, memasang 
dan melepas sabuk pengaman. Aku sudah sangat cemas sejak 
membeli tiket yang kusebutkan di bait nomor satu. Tiket yang di 
situ ingin kutulis sendiri namaku, tanggal dan jam penerbangan, 
dan alasan-alasan kenapa engkau sebegitu parah kurindukan.