Thursday, January 21, 2010

Aku Berangkat Naik Pesawat

1. Tiket

SEHARUSNYA, di situ tertulis namamu, di kolom tujuan itu.
Apa aku harus peduli pada nama kota dan bandar udara?

Seharusnya, di situ tercantum alasan keberangkatanku:
Pulang menemui kamu, karena Rindu. "Ulangi kata itu, sepenuh
yang bisa ditampung di ruang kosong, di kertas tiketku,"
aku akan berkata begitu, kepada petugas pencatat itu.

2. Bagasi

TAK akan kuserahkan ini pada petugas yang serampangan.

Ranselku ini akan kupeluk saja di sepanjang penerbangan.
"Ini Rindu yang tak kemas. Rindu yang membuat aku cemas.
Ada banyak yang tak tertangkap. Ini Rindu yang tak lengkap,"
aku akan berkata begitu, nanti sesampai aku pada engkau.

Tak akan kubiarkan apa yang sesak ini tercecer sembarangan.


3. Ruang Tunggu

AKU mencemaskan engkau. Bandara di negeri ini tak adil.
Tak pernah ada ruang tunggu yang baik untuk penjemput.

Aku mencemaskan aku. Rindu di hati ini juga tak pernah adil.
Tak pernah ada waktu tunggu cukup, untuk sebentar sabar.


4. Pintu Darurat

KENAPA pramugari itu selalu saja, seperti menyuruh cemas?

Aku sudah sangat tahu di mana dan bagaimana membuka
empat pintu darurat, memakai jaket keselamatan, memasang
dan melepas sabuk pengaman. Aku sudah sangat cemas sejak
membeli tiket yang kusebutkan di bait nomor satu. Tiket yang di
situ ingin kutulis sendiri namaku, tanggal dan jam penerbangan,
dan alasan-alasan kenapa engkau sebegitu parah kurindukan.