1. Kecoa
KECOA itu seperti cintaku. Walaupun kau putuskan kepalanya, dia akan bertahan hidup seminggu lamanya. (Ini tak kudapatkan dalam pelajaran biologi yang diajarkan guru SMA kita, yang senyumnya sipu saat menjelaskan bab reproduksi manusia).
Kunikmati perih hidup tanpa otak, tanpa mulut dan telinga. Dan begitulah kuyakini hakikat mencintai: Aku tak perlu berpikir kenapa, tak perlu mengatakannya, tak perlu mendengar apakah kamu mengucap kata yang sama.
2. Cacing Tanah
CACING tanah itu seperti cintaku. Kau hanya bisa menemuiku jika kau menggali di tanah yang subur. Tanah itu subur karena aku: makhluk yang lemah, yang sepanjang tahun mengunyah ribuan ton tanah.(Aku pernah membaca tentang hal itu - dan sejak itu aku tak jijik lagi pada cacing tanah - di sebuah majalah ilmiah).
Cintaku tak mati karena dia tersembunyi. Dia justru terasa ada pada subur tumbuh bunga di tanah yang di sana ia sembunyikan dirinya.
3. Bakteri Pengurai
BAKTERI pengurai itu seperti cintaku. Cinta yang tak abadi tapi terus-menerus ada. Cinta yang bisa mati tapi terus-menerus memperbanyak diri.
Di sampahmu, di bangkaimu, di serasahmu, bahkan di kotoranmu, aku mencari dan pasti menemukan kesejatian dan segalanya hanya kukembalikan lagi padamu.
(Aku merasa beruntung kini karena tak membolos saat kuliah mikrobiologi membahas tabiat jasad renik ini)