Sajak yang Ditulis dengan Sangat 
Terburu-buru Sebab Aku Harus 
Menyelesaikannya Sebelum Lagu
Kahitna itu Selesai Dinyanyikan
ENGKAU tak bisa membedakan Hedi dan Carlo,
apalagi suara Mario, bukan? Dia vokalis
yang menggantikan Roni, tapi itu tak perlu!
Dengarkan saja kalimat-kalimat liriknya
sejak bair pertama: Tak ada Yang harus 
kita sesali. Semua indah yang pernah 
kita alami....
Engkau setuju? Yovie adalah lirikus terbaik
di negeri ini, bukan? Oh, ya tentu, tentu,
kau harus menyejajarkannya dengan Katon.
Atau Ebiet? Ha ha, terlalu beratkah dia 
buatmu? Atau terlalu sastra? Lupakan dulu!
Simak itu, lirik pada bait kedua: Meskipun 
terbatas dan tak mungkin terikat janji 
abadi.
Ah, aku tak yakin, apakah benar aku tidak
pernah bercerita pada Yovie, tentang kau
dan aku (dan dia)? Kenapa lirik di lagu 
ini seperti ia tahu rahasia-rahasia panas-api 
dalam kering-sekam kita? Dan bait ini: Aku, 
dirimu, dirinya tak akan pernah mengerti 
tentang suratan ... bukankah teramat kita? 
Sebentar, ikuti aku menyanyikan juga bagian
lirik berikutnya. Hmmm, tak perlu menyesuarakan
suara kita dengan para vokalis padu itu, hayati
saja kata-katanya:... Aku, dirimu, dirinya tak 
resah bila sadari, cinta takkan salah.. Tapi, 
kenapa aku resah? Kenapa aku selalu percaya 
bahwa cinta kita ini salah? 
Aduh, aku tak tahu lagi itu Hedi, Carlo atau Mario,
aku bayangkan itu adalah suaraku sendiri, yang
seperti anjing kesunyian, melolong jeritan: Andai 
waktu bisa kita putar kembali, jalinan cerita 
mungkin tak begini...
Halo? Engkau masih adakah, saat selesai kutuliskan
sajak yang sangat terburu-buru ini? Halo, engkau?
Catatan:
Teks yang diitalikkan adalah syair lagu Kahitna
"Aku, Dirimu, Dirinya" dari Album "Soulmate" (2006)