Saturday, February 26, 2011

Satu Bait Tegak, Satunya Miring (2)

LAUT yang kau ombakkan ke dadaku, menumbangkan keberdiaman karang. Perasaan-perasaan lepas sebagai perahu kecil nelayan, tak lagi terikat, di tiang tambat, tapi tak tahu di mana tempat yang tepat menebar jala. Di perutku, ikan-ikan mati.

Di lautku, pencuri datang dan pergi. Membawa ikan-ikan yang cuma kupuja dalam bait dangkal puisi. Nelayan tidak hidup dengan bait yang hambar. Di tangannya, ia genggam luka-luka. Luka-luka ia garami dengan tiga garam: sejeram airlautku, segeram keringatku,  sesuam airmataku.