MATAMU sepasang taman. Kelinci-kelinci 
kecil berlompatan, seperti airmataku, jika 
aku menangis dulu. Bulu matamu, pagar pandan.
Rambutmu serat-serat hujan malam. Aku 
menenun dengan tangan. Sepasang balam 
berdiam di pagar titian mataku-matamu.
Lidahmu hiu kecil merah jambu, bersirip ajaib, 
yang mengecipakkan kata-kata mantra, 
saat ia merenang di teluk teduh: mulutku.
Alismu kebun buluh. Sebatang kutebang, 
kucuri waktu petang. Nanti, di tengah sunyi, 
aku mengendap datang: memancing bimbang.
Telingamu kupu-kupu. Kepaknya mengonserkan 
partitur warna sayapnya. Ada yang ia bisikkan 
selalu: larva rindu. Kelak menetas di hatimu.
Bibirmu kawanan angsa merah. Berenang 
melingkari danau, bening dan hening. Aku? 
Pemburu piatu, busurku patah, habis anak panah.
Dadamu padat kubis, kupuja tumbuhnya 
selapis-selapis.Warna putih itu, kutabung 
dari terang pertama, fajar bangkit.