Beberapa Hal yang Kuingat di
Beberapa Tempat dan Sebuah
Pertanyaan yang Menyertai
TAMAN SAFARI. Bayangan tinggi 
gerbang yang tak terlihat oleh 
matahari langit Cisarua jam 9 pagi; 
daftar nama binatang tak berikut dua 
kata latinnya; gadis pemandu taman 
yang tiap kalimatnya terdengar 
selalu bimbang; kursi kayu panjang 
di terminal tunggu yang sejuk; bis 
cat belang; setangkai datura 
menggantung kembang; lapisan rebah 
hujan; peta ke rumah hantu dan 
pintu masuk ke taman burung; segaris 
air terjun di puncak dan seperti  
ada seseorang mencuci muka dan kaki.
   Bila sebuah perahu besar dirakit 
   di situ, Tuhan, apakah banjir bah 
   bisa membersihkan semua dosa atau 
   hanya menenggelamkannya?
KAMPUS LAMA. Kantor majalah jurusan;
ruang praktikum mineralogi; prasasti 
tanda tangan presiden; kursi-kursi 
kuliah berjenjang seperti gedung 
teater; hantu profesor belanda di 
ruang kimia; kafe yang hendak dibangun 
di pojok taman koleksi; aula besar 
tempat beberapa penyair membaca sajak 
bosnia; soto daging, tukang mie ayam, 
potongan tape dalam es doger, seiris 
tipis tempe goreng; hujan tiba-tiba;
upacara di hari pertama penerimaan 
dan pemotretan untuk kartu mahasiswa; 
tegel persegi besar dan lemari tebal 
di asrama yang kini telah jadi plaza. 
   Hujan telah berapa puluh hari dan 
   berapa puluh malam? Aku seperti 
   mengumpulkan keping-keping papan 
   perahu sendiri, Tuhan, yang mengulur 
   terus ke atasku itukah dayung-Mu, 
   kemudi untukku?  
JALAN TOL. Marka jalan sepergelangan 
tangan; spanduk pemberitahuan tarif 
baru; ladang ubi; seekor anjing lari 
menyeberang;  lagu-lagu ringan dari 
radio Jakarta; anak yang letih dan 
tertidur lalu bermimpi tentang sebuah 
planet; atap gubuk; jendela-jendela 
hotel; hujan yang enggan di kaca taksi; 
tangan petugas tol mengulur karcis; 
iklan luar ruangan menawarkan frasa 
mengandung kata seperti surga: nama 
sebuah kawasan perumahan; orang-orang
yang bersembunyi di balik selapisan 
film hitam. 
   Engkau, Tuhan, berjagakah nanti Engkau
   di gerbang-Mu? Lewatkah nanti aku di 
   situ, mengulurkan tiketku pada-Mu, 
   mengayuh sendiri perahuku?