Sunday, March 16, 2008

[Ruang Renung # 233] Bercintalah, Bersajaklah

Sebagai bajingan
aku telah kauterima.
Engkau telah menyerah.
Sebagai perahu kau bawa aku
mengarungi udara yang gelisah
kerna nafasmu yang resah
dan tubuhmu yang menggelombang.


(Kepada M.G. Rendra dalam Blues untuk Bonie)


RENDRA pernah - suatu saat saya melihatnya dalam acara bincang di televisi - mengaku tidak suka lagi pada sajak-sajak cintanya. Sajak yang dipetik di atas mungkin salah satu sajak yang tidak ia sukai lagi itu. Tapi, tentu saja dia tak bisa menghapuskan jejak, "...dan tidak perlu dihapus, Tuan Rendra".

Cinta, itu tema yang menggoda untuk disajakkan. Sepanjang masa. Adakah penyair yang tidak menyajakkannya? Saya kira, ketidaksukaan Rendra pada sajak-sajak cintanya hanya pengaruh dari perubahan pandangan kehidupan. Ia kini telah sepuh, telah mencapai makrifatnya sendiri. Ia bukannya melarang penyair lain untuk menyajakkan tema itu.

Saya menyukai sajak-sajak cinta Rendra. Termasuk sajaknya yang di atas itu. Kecintaanku tidak berkurang walaupun penyairnya sendiri tidak menyukai sajak-sajaknya lagi. Saya menyukai banyak sajak cinta, saya menulis banyak sajak cinta. Sejauh ini tidak ada sajak cinta yang aku sesali. Saya tidak bisa memaksa orang lain suka atau tidak suka pada sajak-sajakku, juga sajak cintaku.

Nah, kini, bercintalah, bersajaklah!