telimpuh: aku hendak terus bersimpuh, sehingga lumpuh. Sampai 
           sembah ini kau sentuh. "Telah aku lewatkan beribu subuh,
           telah aku lawatkan duka yang patuh," seperti zikir, resital syair,
           jatuh air tangis membulir bulir. Aku hendak terus bersimpuh,
           hingga menguap semua peluh, di tubuh. 
telap: bahkan jika petirmu melepas peluru menuju punggungku, aku
           hendak menghadapnya, menerima pada dada, seluas ada. 
           Kau lihatkah? Setiap mili tubuhku adalah parut huruf, padanya
           bisa kau baca romantika luka. Kau dengarkah? Setiap pori kulitku
           ada khusyuk nada, padanya dapat kau dengar serenada bida.          
taul: "Aku telah mengenal senjamu itu." Kau, penjala waktu itu. Aku 
           nelayan tak berperahu,  menggantung dayung di punggungmu, 
           melabuh sauh di teluk tubuhmu. "Tapi, aku pun ikan. Menggelapar 
           di mata kailmu." Kau, pemancing waktu itu. 
       
tingkuh: kita telah lelah berbantah, menebar tengkar. Maka biar kini
           aku memohon sembah, mengatur simpuh. Menunggu lain subuh,
           setelah runtuh  malam yang angkuh. Maka biar kini aku menimba 
           perahu, setelah malam karam di muaramu, menuju hulu waktu.