tag:blogger.com,1999:blog-89934665881450730072023-06-20T05:53:26.944-07:00sejuta1puisiBlog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.Unknownnoreply@blogger.comBlogger3175125tag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-11385433616742675092013-09-16T21:29:00.000-07:002013-09-16T21:29:17.820-07:00Hai, Gadis<i>Sajak Pablo Neruda</i><br /><br /><br />ENGKAU para gadis yang mencari<br />maha cinta, maha cinta yang mencekam-mengancam,<br />apa yang kau dapatkan, wahai Gadis? <br /><br />Barangkali<br />waktu, waktu! <br /><br />Karena kini,<br />di sini ini, lihat itu bagaimana ia berlalu<br />menyeret batu-batu surgawi itu,<br />melapukkan bunga-bunga dan dedaunan,<br />dengan kebisingan cambuk bebuihan<br />menghempas pada semua batu dari duniamu,<br />dengan aroma kental mani dan kuntum melati, <br />di iga bulan yang mengucur berdarah-darah! <br /><br />Dan sekarang<br />kau sentuh air dengan kaki kecilmu,<br />dengan hati kecilmu,<br />dan engkau tak tahu mesti berbuat apa lagi!<br /><br />Yang lebih baik adalah<br />perjalanan-perjalanan malam hari,<br />ruang-ruang rumah yang telah terbagi-bagi,<br />setapak jalan yang tak tentu arah,<br />tarian yang tak menuntut apa-apa,<br />daripada meneruskan petualangan!<br /><br />Setelah ketakukan mati, juga kebekuan,<br />atau keraguan, <br />maka bagiku dengan langkah-langkah besarku,<br />akan kutemukan dia,<br />di dalam dirimu<br />atau bila jauh darimu,<br />maka dia yang akan menemukan aku,<br />dia tidak akan gemetar menatap-menghadap rupa cinta itu,<br />dia, yang kelak melebur-menyatu <br />denganku<br />dalam kehidupan, dan dalam kematian! Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-46459719847657666972013-09-16T21:28:00.000-07:002013-09-17T01:01:35.181-07:00Senantiasa<i>Sajak Pablo Neruda </i><br />
<br />
BERHADANGAN muka denganmu<br />
aku tak cemburu.<br />
<br />
Datanglah dengan seorang lelaki<br />
di punggungmu, <br />
datanglah dengan seratus lelaki di rambutmu,<br />
datanglah dengan seribu lelaki di antara dada dan kakimu,<br />
datanglah sebagai sungai<br />
di arusnya penuh lelaki tenggelam<br />
mengalir sampai ke laut yang kejam,<br />
buih yang abadi, dan sang cuaca. <br />
<br />
Bawalah, bawa mereka semua<br />
bawa ke mana aku menunggumu:<br />
kita yang akan senantiasa sendiri,<br />
kita yang akan senantiasa kita: kau dan aku,<br />
sendiri di atas bumi<br />
untuk memulai kehidupan ini. Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-54830324141302592952013-09-12T19:59:00.000-07:002013-09-12T19:59:07.539-07:00Maladi Malam Tadi <span style="font-size: x-small;"><i>: Richard Oh</i></span><br /><br /><br /><b>1. Bala Kelelesa</b><br /><br />
INI yang kini kutanggung, sekarang, Bung!<br />: bala kelelesa. Kata yang melata padaku,<br />menerpaksakan aku, menjadi aku yang bukan aku. <br /><br />Lidahku sakit berpenyakit, oleh kebeluman <br />yang tak akan pernah bisa kusudah-sudahkan. <br /><br /><br /><br /><b>2. Atrium Sebuah Plaza </b><br /><br />
CAHAYA ranum, pada sebuah plaza, dikepung<br />putus-sangka. Dan kau, lelaki keras kepala.<br /><br />Plaza ini adalah plasenta. Dan kita, adalah<br />jabang janin yang tak pernah bisa keluar dari <br />sana. Kandungan matang bulan, dan kita tak<br />pernah berani untuk benar-benar dilahirkan. <br /><br />Kalau Ibu kita mati, keringlah tali-tembuni.<br /><br /><br /><br /><b>3. Melewati Kedai Kopi</b><br /><br />KALAU kita duduk di situ, di bangku kayu itu,<br />maka kita akan menciptakan suatu kehilangan,<br />yaitu yang pergi tanpa pernah ia mau menunggu. <br /><br />Kalau kita duduk di situ, Tuhan akan mencuriga,<br />apa yang hendak dilakukan oleh penulis cerita, <br />sutradara, juru rekam gambar, pelakon sandiwara?<br /><br />Membuat kisah tentang kisah Seorang Tukang Kisah? <br /><br />Kalau kita duduk di situ, tapi kita tidak duduk,<br />tidak di situ, dan kita tak memakakan kalau kita.<br /><br /><br /><b>4. Senja dan Hujan, di Senayan </b><br /><br /><br />KAMI tiba tiba-tiba, bertiket perahu terbang <br /><br />Bukan karena senja dan hujan ini mengundang<br />Pekan tanggung terasa telah tua, mengujung<br />Seperti bilang, "jangan, kau jangan datang!"<br /><br />Senja dan hujan, membuatkan jalan di Senayan <br />menjadi murung kandang, mengurung dari pulang,<br />juga sebegitu susah, sekadar sebentar singgah. <br /><br /><br /><br /><b>5. Raung Kaca, Ruang Baca </b><br /><br />NANTI aku ke sana sebagai pemelesir, terusir. <br /><br />Mencari buku yang hilang, atau yang belum ada.<br />Itu sebab aku mampu sepura hati, berpura-pura. <br /><br />Itu seperti danau, berparas kaca, bayanganku<br />meraung di sana, aku yang hanya sanggup gugup,<br />tentu tak mendengarnya: mencemaskan pangkalan<br />ditelan pasang, tak bisa berhenti, pusang hati. <br /><br />Nanti aku ke sana sebagai pemburu, dengan pemuras,<br />senantiasa menodong ke arah kiri, ke dada sendiri.<br /><br /><br /><br /><b>6. Aku Sudah Tidak Lagi Bertanya</b><br /><br />AKU sudah tidak lagi bertanya, lewat dari tapal berapa<br />lepas kata dari ikatan pantun, tualang menjadi tapa, <br /><br />Aku pejalan berbahagia, menggadang pada rumah radang,<br /><br /><br /><br /><br /><b>7. Antara Engkau, Dia dan Aku </b><br /><br />ENGKAU adalah buku yang terus ingin dia baca.<br />Aku hanyalah pembatas buku, yang mengingatkan,<br />tapi selalu saja akhirnya tercecer, terlupakan.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-87226810714279290702013-09-12T19:56:00.004-07:002013-09-12T19:56:38.394-07:008 Kutipan Berharga dari "Bumi Manusia"<i>Hasan Aspahani</i><br /><br /><br />NOVEL yang hebat selain alur kisahnya mengguncangkan kesadaran pembacanya, juga bertaburan kalimat cemerlang di sepanjang ceritanya. Begitu pula dengan novel mahakarya Pramoedya Ananta Toer "Bumi Manusia". Berikut ini delapan petikan menarik yang penuh kandungan motivasi dari novel dengan latar belakang bangkitnya kesadaran berbangsa di nusantara ini. <br /><br />1. BERBAHAGIALAH dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri - Tokoh Nyai Ontosoroh kepada Minke. <br /><br />2, "...kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan, atau satu kelemahan. Yang terpuji memang dia yang mampu melakukan kemauan baiknya... - Tokoh Jean Marais kepada Minke. <br /><br />3. MEMERINTAH pekerja pun kau tak bisa karena kau tak bisa memerintah dirimu sendiri. Memerintah diri sendiri kau tak bisa karena ku tak tahu bekerja - Tokoh Annelies Mellema kepada Robert Mellema. <br /><br />4. SEKALI dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak, dia takkan menjadi apa-apa - Tokoh Nyai Ontosoroh kepada Minke. <br /><br />5. DUNIAKU bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya - Tokoh Minke kepada Ayahandanya. <br /><br />6. KALAU orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya tahu dengan cara-Nya sendiri - Tokoh Bunda dalam percakapan dengan Minke. <br /><br />7. KAU akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, semua akan jadi mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua - Tokoh Nenenda yang ucapannya dikenang oleh Minke. <br /><br />8. KALIAN boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai - tokoh Magda Peters, guru Minke.<br /><br /><br /><br /><br />Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-52418460981519213142013-09-12T19:55:00.002-07:002013-09-12T19:55:35.380-07:00Priangan Si JelataSENJAMU, Bandung, kopi tanah, diseduh dengan salah <br />Cihampelas, jalan malas, ke arah malammu yang marah<br /><br />Cabang pohon sepasang, sembahyang, tanpa berjamaah.<br />Doa-doa menggantung, tak tergantang, tak terjamah.<br /><br /><br />*<br /><br />Siangmu, Bandung, para lelaki dari pesisir utara<br />menyalakan bara, membakar runcing daging mentah<br /><br />"Kami beri kau restu mendustai kami, bukan karena<br />kami tak pandai menagih janji!" Kau, sedang tuli. Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-17061404380839536592013-09-12T19:54:00.002-07:002013-09-12T19:54:19.362-07:00Abu Bakar Sang Pembenar, dan Dua Ekor UntaIA persiapkan dua ekor unta, tunggangan terbaik untuk <br />belasan hari yang diwahyukan, siang dan malam perjalanan.<br /><br />Ia persiapkan dua ekor unta, untuk dia dan untuk sahabat<br />masa kecilnya, yang ia temani menempuh antara, dua kota. <br /><br />Ia persiapkan dua ekor unta, untuk seorang yang selalu <br />ia benarkan katanya, sebelum dan terlebih sesudah kerasulan. <br /><br />Ia persiapkan dua ekor unta, yang kelak memilih sendiri<br />di mana ia hendak singgah, di kota yang menyambut ramah.Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-50745305470640816152013-08-25T22:59:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.098-07:00Sketsa 1DENGAN paruh yang<span class="fullpost"> patah parah, dia mengaduk-aduk bayang sendiri, hingga ia pun larut di dalamnya. </span><br /><br /><span class="fullpost">Dengan sayap yang lemah payah, dia memeluk dirinya sendiri, sampai tak lagi bisa ia lepas dari ketatnya. </span><br />Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-11543499735570748632013-08-14T22:13:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.109-07:00Burung<i> Sajak Pablo Neruda</i><br /><br />IA yang melintas dari burung ke burung,<br />pada segenap anugerah hari yang berkah.<br />Hari yang mengayun suling, alun ke alun,<br />hari yang berdandan, baju dedaunan,<br />mengepak kepak yang membuka lorong<br />menembus pada apa yang dihembus angin<br />hingga ke tempat di mana burung memecahkan<br />angkasa biru yang padat -<br />lalu di sana, malam pun tiba.<br /><br />Ketika aku pulang dari berbagai tualang,<br />aku diam, terdiam dan hijau<br />antara matahari dan geografi - <br />Aku saksikan bagaimana kepak sayap itu,<br />bagaimana wangi itu menyebar lewat<br />telegrap, bulu-bulu sayap,<br />dan dari ketinggianku, kusaksikan jejak setapak<br />musim semi dan susunan atap bubungan,<br />nelayan di kios-kios ikan,<br />pantalon busa buih-buihan;<br />Aku saksikan itu dari langit hijauku.<br />Aku tak lagi punya alif-ba-ta<br />tak setimbang burung layang-layang pada berkas terbangnya,<br />percik riak, percik cahaya, <br />dari burung kecil yang terbakar<br />yang menarik-menari, serbuk sari.<span class="fullpost"></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-44256202822966052672013-08-14T21:44:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.202-07:00 <div class="quoteText">SAYA tahu tak ada pembaca yang bertanya. Seorang penulis musti memaksakan seleranya kepada para pembacanya! - Jan Neruda</div> <br /><span class="fullpost"></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-9870613795313411332013-08-13T22:54:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.217-07:00Ditakdirkan Bagiku Kepasrahan LIDAH yang tak memaksa, bertanya pada kental kuah laksa: rasa apa yang selalu bisa kau sembunyikan dariku?<br /><br /><br /><span class="fullpost">Tangan yang tak mendesak, berkata pada cawan yang remang retak: luka apa yang kau persiapkan untukku?</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">Mata yang tak mengancam, berbisik pada liuk periuk: bumbu apa kautambahkan pada laparku yang kau rebus itu? </span><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">Hati yang terombang bimbang, menduga pada nganga belanga: kapan aku harus membenam di minyak menyalamu itu? </span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-69311591411424377742013-04-16T21:38:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.225-07:00Yang Bertanya dan Yang MenjawabCAHAYA matahari yang tak bersayap itu<br />bertanya kepada kupu-kupu, "Bolehkah<br />aku hinggap di warna-warnamu?"<br /><br />Kupu-kupu yang riang tak bersuara itu<br />bertanya kepada angin, "bicaramukah<br />yang membuat pohon-pohon itu bergerak?"<br /><br />Angin yang tak berwujud itu, bertanya <br />kepada bunga, "jika engkau menerjemahkan<br />aku, di kelopak atau mahkotamukah aku?"<br /><br />Bunga yang tak bisa kemana-mana itu,<br />berkata kepada tanah, "kelopak dan <br />mahkotaku, kami akan kembali padamu."<br /><br />Tanah yang tabah itu, berkata kepada air,<br />"pergilah ke akar, bawalah apa yang<br />ada padaku, yang mereka butuhkan itu."<br /><br />Akar berkata kepada matahari, "kubawakan <br />sesuatu, agar kau cipta warna dengannya, <br />tak usah pedulikan, itu warna siapa." <br /><br /><span class="fullpost"></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-52552337561120079122012-09-16T02:00:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.233-07:00Tentang Dua Selendang<div><div><div><p><i>: Abdullah bin Abdu Nahm</i></p><p>DI liang lahadmu, seorang Nabi berkhotbah tentang keridhaan darinya dan dari Tuhan.</p><p>Di depan jasadmu, seorang Nabi berdoa, dengan pinta yang semua orang mengirikan dan menginginkan.</p><p>Di sepanjang jejakmu, masih akan terulur padaku, dua selendang, cukup dan mencukupkan.</p></div></div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-86740537598059929922012-09-08T20:24:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.245-07:00Bila Bilal <p>APAKAH batu yang mereka timpa-tindihkan di dadamu lebih keras daripada apa yang menyala di hatiku?</p><p>Apakah bisa kutebus-bebaskan diriku dari apa yang menuan lalu memperbudak aku dari dalam diriku sendiri itu?</p><p>Apakah sampai terbang camarmu ke hari hatiku? Apakah jerit panjang itu masih bisa tinggi menerbangkan aku?</p><div style='clear: both; text-align: center; font-size: xx-small;'>Published with Blogger-droid v2.0.9</div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-18567929498270963312012-09-07T19:31:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.251-07:00Menangislah, Hurairah<div>MENANGISLAH, Hurairah, untuk aku yang baru ingin belajar menangis, karena kaki dan hati yang lemah, perjalanan jauh yang semakin menjauh, dan bekal yang dangkal tak cukup sejengkal.<br /><br />Mengangislah, untuk sakit pada punggung yang rawan, kayu bakar yang basah, dan jalan yang menyisih ke tepian sisihan. Menangislah, untuk aku yang baru ingin keluar dari pasar, mencari waris yang kau wariskan.<br /><br /><div style="clear: both; font-size: xx-small; text-align: center;">Published with Blogger-droid v2.0.9</div></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-78203933440089143262012-08-29T22:47:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.259-07:00Kemana Sebenarnya Aku Sedang Berjalan AKU berjalan di belakang<br />lelaki yang berjalan di<br />belakang lelaki lain yang <br />ia sebut sebagai penunjuk<br />jalan. Aku tahu kami <br />akhirnya akan sampai di mana.<br />Di sana, kami tak lagi harus <br />sembunyi, di sana tak ada<br />sudut untuk bersembunyi,<br />dan di sana tak ada yang<br />bisa disembunyikan.<br /><br />JAUH sekali jarak antara<br />aku dengan lelaki yang<br />kuikuti yang berjalan<br />mengikuti lelaki lain yang<br />ia sebut sebagai penunjuk <br />jalan. Tapi masih hangat<br />jejak-jejak mereka terasa<br />di telapak kakiku yang<br />berjalan telanjang, dan<br />aku tahu ini perjalanan<br />tak akan lama, tak selama<br />nanti waktu yang kami habiskan<br />di tempat sampai, dan<br />kami saling bertemu.<br /><br />Aku berjalan di belakang<br />lelaki yang berjalan di<br />belakang lelaki lain yang<br />ia sebut sebagai penunjuk<br />jalan. Dari jalan ini, aku<br />kenal siapa lelaki yang <br />ia sebut sebagai penunjuk<br />jalan oleh lelaki yang<br />di belakangnya kini aku<br />berjalan. Dari siapa yang <br />aku tahu tentang si penunjuk<br />jalan, aku tahu kemana<br />sebenarnya aku sedang berjalan.<br /><br /><br />Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-59061411234408492412012-08-28T20:11:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.349-07:00Tanda Bahwa Waktu Itu Ada <i>...dan waktupun berlalu tanpa sepengetahuanku - Edgar Allan Poe</i><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">WAKTU itu tidak ada. Tapi ada. Pada garis-garis lipatan di sekeliling leherku, misalnya. Itu berbaris seperti tangga. Aku berjalan di situ, tak tahu sedang menaiki, atau menuruni tangga itu. </span><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">Waktu itu tidak ada. Tapi ada. Pada buli-buli lemak yang menggantung di luar kantung lambungku, misalnya. Pelan-pelan ia menggunduk. Menjadi begitu penuh di tempat yang tak seharusnya kubiar-biarkan.</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">Waktu itu tidak ada. Tapi ada. Pada kusutnya kerutan di punggung lenganku, misalnya. Juga bayangan bekas luka-luka, yang rasa sakitnya sudah lama, teramat akrab. Kuterima. </span><br /><span class="fullpost"><br /></span><span class="fullpost">Juga pada rambut yang sehelai-sehelai menjadi bening, sewarna benang pancing, dan aku ikan yang cemas, merenangi usia sendiri - <i>tanda bahwa waktu itu ada</i> - yang mendangkal, menyurut, dan menyusut. </span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-62552408518467862102012-08-27T17:54:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.443-07:00Itulah Sebabnya Padamu Aku Kembali SEPERTI jemari hujan memainkan bunyi di dedaunanmu,<br />mendentingkan kesunyian yang terlalu kental kukenali.<br /><br />Aku pernah punya keberanian yang ternyata menakutkan.<br />Tanpamu, aku pengecut, sesat sudah pada langkah pertama.<br /><br />Aku ingin menuliskan kalimat apa saja, dengan kata<br />seru "Oh.." pada awalnya. Dan "Ah..", pada akhirnya. <br /><br />Aku bayangkan itu ada dalam lirih lirik, yang dilagukan<br />penyanyi - yang seperti aku - tak pernah pandai menari.<br /><br />Adapun lagu itu - setelah takzim kau simak - berarti:<br />meninggalkan engkau, itu artinya aku meninggalkan<br />diriku sendiri. Itulah sebabnya hanya padamu aku kembali.<br /><br /><br /><br /><br />Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-80237725252749675952012-06-21T00:38:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.540-07:00“Saya Selalu Bertanya Sebanyak-banyaknya “<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: right; margin-left: 1em; text-align: right;"><tbody><tr><td style="text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-9HrpXFg1oT4/T-LOZYJzLHI/AAAAAAAABkg/50jAru293wk/s1600/dewi_lestari-20120618-022-rita.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; margin-bottom: 1em; margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="400" src="http://1.bp.blogspot.com/-9HrpXFg1oT4/T-LOZYJzLHI/AAAAAAAABkg/50jAru293wk/s400/dewi_lestari-20120618-022-rita.jpg" width="263" /></a></td></tr><tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Dewi "Dee" Lestari (Foto <a href="http://www.kapanlagi.com/foto/berita-foto/indonesia/21217dewi_lestari-20120618-024-rita.html">Kapanlagi</a>)</td></tr></tbody></table><i><span style="font-size: small;">9 Pertanyaan untuk Dewi "Dee" Lestari</span></i><br /><br /><div>DEWI Lestari, atau Dee, nama yang ia cantumkan di sampul novel-novelnya, adalah salah seorang penulis terkuat Indonesia saat ini. Kekuatan itu ia buktikan dengan konsistensi menulis dan menjaga mutu karya-karyanya. Ia baru saja menerbitkan “Partikel”, rangkaian ke-4 dari serial Supernova, yang mulai banyak dipuji sebagai karya terkuat dari empat rangkaian itu. Ia masih ‘berutang’ dua seri Supernova lagi. Diluar serial itu, dia menerbitkan sejumlah karya yang sama kuatnya. Kenapa dan bagaimana ia menulis? "Saya selalu bertanya sebanyak-banyaknya," katanya dengan saya lewat beberapa kali berbalas email. Itulah dia, penulis dengan semangat ingin tahu dan mencari tahu yang kuat, seperti yang dia tuliskan di biodata akun twitternya (@deelestari):<i> my curiosity could kill a lion</i>. Inilah hasil tanya jawab tersebut: </div><div><br /></div><div><i>1. Saya ingin mulai dengan satu pertanyaan, semacam konfirmasi saja, dari petikan Milan Kundera. Dia bilang, "Spirit novel adalah spirit kontinuitas: setiap karya adalah jawaban karya terdahulu; setiap karya mengandung pengalaman novel sebelumnya." Saya kira yang dimaksud Kundera, selain novel yang kita tulis sendiri, adalah juga karya penulis lain yang kita baca. Secara sengaja, atau tidak sengaja, spirit karya siapakah yang Anda 'lanjutkan'? Atau Anda tak setuju dan tak peduli pada Kundera tadi?</i></div><div><br /></div><div> Sepertinya pendapat saya senada, walau tak persis sama. Saya sendiri percaya bahwa pengetahuan yang kita miliki, demikian juga opini dan persepsi, sesungguhnya merupakan "kain perca" yang terdiri dari pecahan pengetahuan, opini, dan persepsi orang lain yang kita baca, dan seterusnya. Jadi, segala ide yang dimiliki oleh setiap orang selalu merupakan kontinuitas dari ide-ide yang hadir sebelumnya. Supernova, bagi saya pribadi, adalah bukti nyata dari kenyataan itu. Dia adalah karya yang organik, yang tumbuh bersama dengan penulisnya. Tidak ada pemikiran maupun karya tunggal yang saya teruskan, melainkan banyak karya dari banyak penulis. Agak sukar saya sebutkan terperinci satu demi satu. Untuk contoh saja, novel terbaru saya "Partikel", mengusung pemikiran Dr. Birute Galdikas, Graham Hancock, Andrew Collins, Terrence McKenna, Albert Hoffman, dan masih banyak lagi yang karya-karyanya menjadi bahan riset saya. <br /><br /><a name='more'></a><br /><i>2. Tanpa mengabaikan 'Filosofi Kopi', 'Perahu Kertas', 'Madre' dan 'Recto Verso' (yang terakhir ini satu-satunya karya Anda yang belum saya baca), empat seri 'Supernova' menunjukkan kelas Anda sebagai novelis. Apa dan atau siapa yang membuat Anda menulis? Saya curiga jangan-jangan Anda menulis karena muak dengan novel-novel yang pernah Anda baca? Semacam wujud kemarahan 'hei, begini seharusnya sebuah novel ditulis!'?</i></div><div><br /></div><div> Cukup tepat, sebetulnya. Walaupun energi yang muncul bukan kemarahan, melainkan gemas dan penasaran. Topik-topik yang selama ini saya angkat di Supernova adalah topik-topik yang selalu mengusik rasa ingin tahu saya, dan sangat minim diangkat dalam pustaka Indonesia . Setidaknya sejauh yang saya temukan. Karena itulah, saya setuju benar dengan apa yang dibilang Amitav Gosh: "Tulislah buku yang ingin kita baca." Ketika saya mendengar kalimat tersebut, rasanya itu merangkum semua yang saya lakukan selama ini. Baik di bidang musik maupun sastra. Saya semata-mata menulis buku yang ingin saya baca, dan membuat musik yang ingin saya dengar. </div><div><br /></div><div><i>3. Menelisik empat seri Supernova, saya yakin banyak sekali perjalanan yang harus Anda lakukan untuk novel-novel Anda. Pertanyaan saya, perjalanan itu Anda lakukan mengikut rancangan kisah dalam novel Anda atau sebaliknya, Anda bepergian saja ke berbagai sudut dunia, lalu dari sana tumbuh gagasan-gagasan, tokoh-tokoh dalam cerita Anda? </i></div><div><br /></div><div>Sayangnya, tidak banyak perjalanan fisik yang saya lakukan. Sungguh, saya amat berharap bisa mengunjungi tempat-tempat yang saya tulis. Kenyataannya, sebagian besar tempat tersebut belum saya kunjungi langsung. Tapi, saya merasa dianugerahi bakat untuk menulis dengan cukup meyakinkan, hehe. Menurut saya itu tergantung <i>angle </i>dan porsi deskripsi yang tepat. Tanpa terlalu berlebihan membeberkan, atau terlalu minim deskripsi. Jika pas, maka pembaca akan merasa mereka berada di sana , dan imbasnya mereka juga ikut percaya bahwa saya pasti pernah berada di sana . Plot saya selalu berjalan sesuai dengan kebutuhan gagasan yang ingin saya sampaikan ke pembaca. Jika gagasan tersebut kemudian membutuhkan perjalanan tertentu, ya, akan saya buat. Terlepas saya pernah melakukan perjalanan yang sama atau tidak. Sering kali juga cerita bertumbuh saat ditulis. Kalau tiba-tiba tokoh saya butuh kedalaman psikologis tertentu, dan untuk itu dia harus melakukan perjalanan ke satu tempat atau bertemu karakter yang spesifik, ya, akan saya ciptakan.</div><div><br /></div><div><i> 4. Bagaimana Anda menemukan atau menciptakan tokoh dalam cerita Anda, memilih dari (s</i><i>aya yakin ada) sekian banyak, mengembangkan karakternya, menjaga konsistensinya, dan nanti bagaimana menghabisi mereka? Adakah tokoh yang merupakan 'pecahan' dari diri Anda? Atau diri Anda yang Anda inginkan seperti karakter cerita Anda tersebut?</i></div><div><br /></div><div>Ketika sudah ditulis, sejujurnya saya tidak bisa lagi membedakan. Kadang-kadang dengan sadar dan sengaja saya mencomot orang-orang di sekeliling saya, yang saya kenal baik atau cuma kenal sekilas, atau bahkan hanya fisiknya saja tanpa saya kenal sama sekali. Namun, kadang-kadang proses itu sudah tidak disadari lagi. Pastinya ada bagian-bagian diri saya yang masuk ke dalam karakter, tapi tidak pernah seutuhnya. Bagi saya, itu otobiografi terselubung, dan bukan itu saya inginkan dalam fiksi-fiksi saya. Sama seperti plot, tokoh pun bertumbung seiring dengan ditulisnya cerita. Kadang ada yang tiba-tiba jadi antagonis, padahal niat awal saya tidak demikian. Hanya ketika ditulis, secara intuitif saya merasa tokoh tersebut harus membuat "twist". Ada juga tokoh yang di rencana awal saya hanya jadi pelengkap, tapi ketika ditulis mendadak dia punya dimensi menarik yang akhirnya menuntut saya untuk memperbesar porsinya. Kejutan-kejutan seperti itulah yang membuat proses menulis menjadi sangat menarik dan seru.</div><div><br /></div><div><i>5. Ini soal teknis, saya yakin Anda mewawancarai banyak orang-orang untuk novel-novel Anda, seperti jurnalis untuk sebuah liputan investigasi. Atau lebih daripada itu. Bagaimana Anda mengatur hasil wawancara itu: data, foto-foto (yang tak akan ditampilkan di novel), rekaman, juga kesan-kesan yg terekam di hati. Anda mencicil pekerjaan menulis Anda? Atau menumpuknya untuk dituntaskan setelah mengaanggap semua bahan telah cukup?</i></div><div><br /></div><div> Ya, karena saya tidak punya banyak kesempatan untuk mengunjungi berbagai macam tempat secara langsung, akhirnya saya banyak melakukan wawancara. Saya tidak pernah persis tahu apa yang saya butuhkan untuk cerita hingga tiba waktu menuliskannya. Saya paling hanya terbayang garis besarnya saja. Untuk itu saya selalu bertanya sebanyak-banyaknya. Untuk mengetahui sebuah tempat, misalnya, saya bertanya sampai ke rasa udaranya bagaimana, lembap atau kering; air di sana bagaimana, jernih atau keruh; bagaimana rupa pepohonan dan tetumbuhan di sana , dsb. Untuk riset pustaka kurang lebih begitu juga, saya baca sebanyak-banyaknya. Satu buku bisa mencabangkan saya ke banyak buku lain, dan saya cerap saja semua informasinya di memori. Begitu tiba saatnya saya menulis, biasanya pengetahuan tersebut akan terseleksi, mana yang dituangkan dan mana yang tidak. Untuk Partikel, saking sudah lamanya saya mengumpulkan materi, saya harus membuat outline dulu. Berdasarkan panduan plot tersebut, maka dipilihlah informasi yang sekiranya menunjang cerita. Tapi, tentu pada pelaksanaannya proses tersebut berjalan organik dan banyak unsur spontanitas. </div><div><br /></div><div> <i>6. "...Supernova hanya menjamin satu hal: perubahan cara pandang kita terhadap dunia akan berdampak besar pada dunia, melampaui apa yang bisa kita bayangkan." Ini petikan dari "kredo" Supernova. Saya melihat itu tersirat amat sublim dalam 4 rangkaian karya Anda: ajakan untuk lebih arif, mengubah cara pandang, melihat dunia dgn cara yg lebih luas. Sejauh mana ajakan itu disambut oleh pembaca Anda?</i></div><div><br /></div><div> Saya tidak pernah mengadakan riset atau polling resmi jadi tidak bisa menjawab secara pasti, hehe. Yang jelas, dari apa yang disampaikan pembaca saat kami bertemu, atau via internet, media sosial, dan lain-lain, banyak yang merasa hidupnya ikut diubah karena membaca buku-buku saya. Kadarnya sudah pasti berbeda-beda. Dan tentu bukan saya yang mengubah hidup seseorang secara langsung, melainkan persepsi merekalah yang kemudian bergeser atau berubah akibat apa yang mereka baca. Itu juga apa yang saya sebut di Supernova, bahwa cara pandang kita terhadap hidup otomatis mengubah hidup kita. <i>Life is all about perception. </i></div><div><br /></div><div> <i>7. Apakah sejak awal memang Supernova dirancang jadi enam seri? Kenapa enam? Anda menyisakan dua seri lagi. Sekarang kalau boleh buka rahasia sebagai pengarang, apakah Anda sudah punya cara menutup rangkaian serial ini?</i></div><div><br /></div><div><i> </i>Sebetulnya mengapa Supernova menjadi enam adalah perkembangan yang terjadi ketika proses menulis berjalan. Sejujurnya, konsep awal saya adalah tiga buku. Trilogi. Buku kedua akan bercerita tentang 4 tokoh baru yakni: Akar, Petir, Partikel, dan Gelombang. Namun, ketika saya mulai menulis Bodhi, saya sadar bahwa materi Bodhi sendiri volumenya sudah cukup untuk satu buku. Dan untuk menjaga konsistensi, maka ketiga teman lainnya pun juga harus masing-masing ditulis dalam satu buku. Akhirnya episode kedua berubah menjadi empat buku. Dan yang tadinya trilogi menjadi heksalogi. Bagaimana saya menutupnya? Saya sendiri tidak tahu persis, hehe. Sudah ada bayangan, tapi sifatnya masih sangat cair, jadi masih bisa berubah walaupun saya sudah punya ancer-ancer. Untuk sementara ini saya rasa lebih baik soal penutup dibiarkan menjadi misteri. </div><div><br /></div><div> <i>8. Baluran sains dalam karya Anda sebenarnya berpotensi untuk bikin 'tidak laku'. Pembaca kita tak akrab dgn isu-isu sains, bukan? Ini saya kira pertaruhan besar di edisi awal Supernova. Dan Anda memenangkan pertaruhan itu. Keberhasilan itu apakah kemudian ini ada pengaruhnya dalam proses penulisan serial berikutnya? </i></div><div><br /></div><div>Iya, karena memang awalnya saya sendiri tidak peduli buku itu akan laku atau tidak. Saya menulis Supernova untuk kado ulang tahun saya yang ke-25, jadi menghadiahi diri sendiri. Saya sudah senang menulis sejak kecil, dan sering berkhayal bahwa satu saat akan punya buku sendiri. Saya menerbitkan Supernova untuk memenuhi impian itu. Waktu itu, saya nggak peduli apakah 7.000 buku yang saya cetak itu akan habis dalam setahun atau sepuluh tahun. Topik sains dan spiritualitas memang menjadi ketertarikan saya. Namun, saya tidak mengulang sains di Akar karena memang kebutuhan cerita Bodhi tidak ke sana arahnya. Demikian juga pada Petir. Baru pada Partikel, unsur sains muncul kembali. Jadi, ciri khas Supernova memang bukan pada sainsnya, melainkan penelusuran spiritualnya. </div><div><br /><i>9. Apakah Supernova sekarang jadi beban atau berkah bagi kepengarangan Anda? Maksud saya, ketika nanti Anda merencanakan menulis karya lain diluar rangkaian Supernova.</i></div><div><br /></div><div id="yui_3_2_0_1_1340263911722101"><a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=4036612" name="0.1__GoBack" rel="nofollow"></a>Saya sudah menulis karya lain selain Supernova sejak 2006, melalui Filosofi Kopi. Dan sesudah itu saya mengeluarkan tiga buku lain yang juga tidak dalam rangkaian Supernova. Jadi, isu tersebut sepertinya sudah tidak relevan. Waktu akan merilis Filosofi Kopi memang sempat deg-degan, karena itulah kali pertama saya menulis di luar dari Supernova. Namun, ternyata sambutannya cukup baik. Malah Filosofi Kopi menjadi lima besar di Khatulistiwa Award dan menjadi karya sastra terbaik tahun 2006 pilihan majalah Tempo. Saya, sih, tidak ada beban untuk berkarya apa pun. Cuma saya nggak tahu apakah akan menulis serial sejenis Supernova lagi atau tidak.***</div><div class="yiv1843927840MsoNormal"></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-68212956328789979342012-06-20T07:22:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.635-07:00Ini Hanya Pagi yang Tak Hanya PagiPAGI adalah cara bumi mengajari aku bagaimana mencintai engkau, apa yang sepertinya rutin aku lakukan, tapi sesungguhnya tak pernah berulang sama.<br /><br />Pagi adalah cara matahari mengajari aku setia pada engkau. Ia tak pernah diam tapi tak beranjak dari dirinya. Demikianlah, cinta sesungguhnya adalah cinta yang tak bertanya. <br /><div class="content"><div class="content"><div class="stream-item-footer"><div class="context"></div><a class="details with-icn js-details" href="https://twitter.com/haspahani/status/215231249579655171"><span class="details-icon js-icon-container"></span><b><span class="expand-stream-item js-view-details"><span class="expand-action-wrapper"></span></span></b></a></div></div></div><br />Pagi adalah cara embun mendongengi aku tentang ketulusan, dan ia ingin aku meniru. Ia hanya akan sebentar ada. Tapi pada daun-daun itu, jejak ceritanya tetap terbaca.<br /><br />Pagi, bumi, matahari, dan embun, adalah caraku melakukan sesuatu untukmu, yaitu menemukan diriku pada yang bukan aku, seperti yang kudapat dari cintaku padamu. <br /><div class="context"></div><a class="details with-icn js-details" href="https://twitter.com/haspahani/status/215241624320614401"><span class="details-icon js-icon-container"></span><b><span class="expand-stream-item js-view-details"><span class="expand-action-wrapper"></span></span></b></a><br /><div class="js-tweet-text"></div><br /><br /><span class="fullpost"></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-42194071397540836252012-06-20T06:12:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.733-07:00[Kolom] Samudera Biru Fast Company<span style="font-size: small;"></span><br /><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;"></span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">BELAKANGAN saya banyak membaca buku-buku dan majalah bisnis dan entrepreneurship. Selain Fortune yang sejak dua tahun lalu sudah terbit dalam edisi Indonesia, saya membaca Fast Company, Inc., dan Entrepreneur. Tiga yang terakhir ini agak susah mendapatkannya tapi kebetulan dalam beberapa bulan terakhir saya sering bepergian, dan menemukan ketiganya di toko buku Periplus yang jaringannya ada di Bandara Soekarno Hatta. Saya agak boros belanja di situ.</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://1.bp.blogspot.com/-u1IdKL8F0mg/T-HT4cAlDyI/AAAAAAAABj4/FsZwYXm2zKg/s1600/debutart_viktor-koen_10038.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-u1IdKL8F0mg/T-HT4cAlDyI/AAAAAAAABj4/FsZwYXm2zKg/s200/debutart_viktor-koen_10038.jpg" width="152" /></a><a href="http://3.bp.blogspot.com/-yaCrGcp1tQ0/T-HT5hoNS9I/AAAAAAAABkA/YUnbTR4q5hM/s1600/inc-cover-nov2006-large.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://3.bp.blogspot.com/-yaCrGcp1tQ0/T-HT5hoNS9I/AAAAAAAABkA/YUnbTR4q5hM/s200/inc-cover-nov2006-large.jpg" width="146" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-iLOd8_aIga8/T-HUGk_J25I/AAAAAAAABkQ/m7yjzNCot4M/s1600/FAST-COMPANY-APRIL-MAY-98-ISSUE-14.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-iLOd8_aIga8/T-HUGk_J25I/AAAAAAAABkQ/m7yjzNCot4M/s200/FAST-COMPANY-APRIL-MAY-98-ISSUE-14.jpg" width="163" /></a><a href="http://1.bp.blogspot.com/-rQbjNWMPjXc/T-HUC8gWDkI/AAAAAAAABkI/LUeZCTC7pt8/s1600/entrepreneur-for-sama.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://1.bp.blogspot.com/-rQbjNWMPjXc/T-HUC8gWDkI/AAAAAAAABkI/LUeZCTC7pt8/s200/entrepreneur-for-sama.jpg" width="150" /></a></div><br /><br /><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><a name='more'></a><br /><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Majalah-majalah tersebut seperti diatur jenjang kebutuhannya. Mula-mula, Entrepreneur. Ini adalah majalah untuk para wirausaha pemula. Laporan-laporan utamanya antara lain: Berbisnis Mandiri: Bagaimana Caranya Sukses Membangun Bisnis Anda Sendiri; Besarkan Merekmu - Rahasia Keberhasilan 10 Merek yang Paling Terpercaya di Dunia; Ciptakan Peluang: Tinggalkan Pekerjaanmu, Langgar Aturan, Luncurkan Merekmu! Dan pada yang terbaru, edisi Juni lalu laporan utamanya adalah bagaimana Richard Branson membangun Imperium Bisnis. Branson adalah pebisnis yang memulai usaha sejak SMA, dan kini meraksasa dengan mereka Virgin. Usahanya membentang jauh dari perusahaan rekaman, maskapai VirginAir, dan dalam laporan itu juga dijelaskan bagaimana dia menawarkan plesiran ke luar angkasa, jauh sejauh ini masih konsep yang terus-terang saja masih setengah matang, tapi Anda tahu, orang sudah antre bayar di depan untuk jadi turis wisata ‘nyeleneh’ tersebut. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Lalu, majalah Inc.. Ini tentu singkatan dari Incorporation atau Incorporated. Majalah ini kira-kira melayani pengusaha yang sudah jalan dan tentu mereka perlu banyak inspirasi terus-menerus bagaimana cara bertahan dan tumbuh. Laporan-laporannya antara lain: Kenapa Tokoh Ini tak pernah Berhenti Berinovasi?; Bagaimana Menjadi Bos yang Hebat; Bagaimana Mempertahankan Bisnis yang Sudah Dimulai; Pelajaran dari Persaingan Bisnis yang Paling Keras; Inilah Perusahaan-perusahaan Periklanan Paling Keren; Segala Hal yang Anda Perlukan untuk Menyempurnakan Penawaran Bisnis Anda! </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Adapun majalah Fortune, adalah majalah yang laporan-laporannya adalah tentang bagaimana perusahaan-perusahaan besar dikelola. Wawancaranya selalu dengan para CEO terpilih. Sebagai pembaca yang belum lama, saya menemukan CEO Coca-Cola, Google, Amazon, Microsoft. Pada edisi Indonesia pun yang tampil di sana adalah CEO perusahaan ternama seperti Garuda, Bank Mandiri, Telkom, Unilever, P&G, dan di edisi terbaru laporan utamanya adalah hasil wawancara Sukanto Tanoto, raja pulp Indonesia, yang sekian tahun lamanya tak pernah mau ditemui wartawan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Tingkat majalah. Tiga tingkat perkembangan usaha. Dengan kata lain semua level kebutuhan informasi wirausaha terpenuhi. Lalu majalah seperti apa lagi yang dibutuhkan? Ada banyak majalah bisnis lain dari Amerika. Tapi, saya tertarik dan belakangan juga rutin membeli majalah Fast Company. Majalah ini dengan jeli menawarkan satu hal lain yang jika tidak ditawarkan olehnya, maka kita tidak tahu bahwa kita perlukan itu. Fast Company tampil dengan semangat yang sama sekali lain: bisnis adalah seni. Strategi bisnis adalah jurus-jurus yang bisa dilakukan dengan sangat indah. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Fast Company, misalnya dengan penuh percaya diri bisa saja membuat laporan utama tentang rekaman wawancara dengan Steve Jobs dua puluh lima tahun yang lalu, dan selama ini tak pernah disiarkan. Apa menariknya rekaman “basi” yang sudah dianggap hilang itu? Setelah pendiri Apple Inc. itu meninggal, apapun yang berkaitan dengannya menjadi sangat menarik. Pada kali lain majalah ini melaporkan tentang segala hal ihwal di dalam tubuh Facebook menjelang penjualan saham perdanya. Pada edisi lain dengan otoritas penuh tim redaksi Fast Company menentukan 100 Orang Paling Kreatif di bidang bisnis masing-masing. Bukan hanya orangnya, mereka juga yang menentukan sendiri apa bidang bisnisnya, yang tentu tak pernah terpikir oleh media lain, atau mungkin juga oleh sosok yang terpilih itu sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Saya menyimpulkan satu hal yang sama: para penggagas, pendiri, dan pengelola majalah-majalah bisnis di atas adalah pebisnis yang hebat. Saya kira memang begitulah seharusnya seorang pebisnis: dia harus tahu apa yang dibutuhkan oleh konsumennya, dan dia harus piawai membuat produk yang memenuhi kebutuhan itu. Pebisnis hebat, bagi saya, dekat dengan kejeniusan dalam bentuk yang lain. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Kisah bagaimana Fast Company lahir harus saya kutip dalam kolom ini untuk mendukung kesimpulan saya di atas. Adalah Allan Webber yang pada suatu titik berada di puncak kariernya dan juga di puncak kejenuhan. Dia bergaji tinggi, disegani, dan memimpin majalah bisnis akademi yang paling berwibawa Harvard Business Review. Pembuktian kemampuan, kesuksesan, ternyata tak lagi bisa dinikmati oleh Alan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Jims Collins, penulis buku legendaris “Good to Great”, menggambarkan keadaan Webber saat itu kira-kira begini: semakin lama bertahan, semakin sukses dia. Semakin sukses, semakin besar harga yang harus ia bayar untuk meninggalkan pekerjaannya. Semakin besar harga yang harus ia bayar untuk meninggalkan pekerjaan, maka kesuksesannya semakin terasa menjadi seperti penjara! </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Alan Webber kira-kira sedang berada dalam kawasan ‘samudera merah’ karirnya sendiri. Samudera merah adalah istilah bisnis yang menjadi sangat popular setelah diperkenalkan konsepnya oleh W. Chan Kim dan Renee Mauborgne. Bacalah buku “Blue Ocean Strategy”, yang di Indonesia diterbitkan oleh Penerbit Serambi. Istilah ini diperkenalkan dengan jeli untuk menggambarkan kondisi pasar, dan persaingan untuk menguasai pasar tersebut.</span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dalam samudera merah, kata Kim dan Mauborgne, batasan-batasan sudah tertakrif dan diterima, aturan-aturan persaingan sudah diketahui. Siapa lawan sudah jelas. Jika ingin menang, kalahkanlah lawanmu. Siapapun kita yang ada di pasar merah tersebut, pada pihak yang kuat ataukah yang lemah, kebosanan bisa menyergap. Saya bayangkan itlah yang dirasakan oleh Allan Webber. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dia lalu tinggalkan pekerjaannya yang sedang ada di puncak itu, dan membuat majalah baru dengan konsep yang kuat. Itu terjadi di tahun 1995. Mula-mula ia menyimpulkan tiga tren besar yang sedang terjadi di dunia, dan dengan demikian juga dalam bisnis, yaitu: digitalisasi, globalisasi dan demokratisasi. Dengan kejelian membaca tren itulah Fast Company lahir, dan sukses besar. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Dengan demikian, kira-kira, lagi-lagi merujuk ke konsep Kim dan Mauborgne, Alan dan --- oh ya dia dalam persiapan didorong dengan mitra yang sama-sama menjadi editor di HBR dan ‘sintingnya’, yang lebih dahulu berhenti --- (yaitu) Bill Taylor, menciptakan ‘samudera biru’-nya sendiri. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Samudera biru – tulis Kim dan Mauborgne – adalah ruang pasar yang belum terjelajahi, penciptaan permintaan, dan peluang pertumbuhan yang sangat menguntungkan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Fast Company, disebutkan oleh Collins dalam pengantar buku yang merangkum artikel-artikel terbaik dalam sepuluh tahun majalah itu, disejajarkan dengan majalah ‘Rolling Stones’. Yang terakhir ini berhasil menangkap spirit rock ‘n Roll, tidak hanya sebagai satu aliran musik, tapi terlebih sebagai budaya tanding kaum muda, semangat perlawanan pada budaya yang mapan dan itu membosankan, alias kawasan samudera merah kebudayaan. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Apapun samudera birunya, majalah-majalah bisnis yang saya sebutkan sekilas di atas menyenaraikan satu pesan yang sama: bisnis itu keren! Menjadi entrepreneur adalah pilihan yang hebat. Atau dengan kalimat Jim Collins yang menjelaskan hal lain, tapi izinkan saya pinjam untuk saya pakai seabgai kesimpulan atas empat majalah di atas, yaitu: entrepreneur adalah sebuah konsep hidup, bukan sekadar konsep bisnis. </span></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><br /></div><div class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt;"><span style="font-size: small;">Kelahiran Fast Company adalah contohnya. Kejenuhan pada kerja, pada keberhasilan yang makin terasa bagai penjara, adalah personal, soal hidup dan kehidupan seseorang yang kebetulan bernama Alan Webber. Keputusannya untuk meninggalkan pekerjaan sebagai upaya mencari kesegaran semangat baru, melahirkan satu ‘samudera biru’, satu bisnis baru. Bukan hanya bisnis yang cemerlang, tapi Fast Company juga melahirkan pemikiran gagasan-gagasan bisnis hebat sejak ia mulai diterbitkan.*** </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="line-height: normal; margin-bottom: 0.0001pt; text-align: center;"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-17808912451209584012012-06-13T06:58:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.828-07:00[Kolom] Indonesia Kuat: Sebuah Gagasan<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://4.bp.blogspot.com/-KWWAFh0NbPM/T9icf4mXr9I/AAAAAAAABjg/BP2eUT5i8Ds/s1600/Indonesia+KUAT+kecil3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-KWWAFh0NbPM/T9icf4mXr9I/AAAAAAAABjg/BP2eUT5i8Ds/s1600/Indonesia+KUAT+kecil3.jpg" /></a></div><!--[if gte mso 9]><xml> <w:WordDocument> <w:View>Normal</w:View> <w:Zoom>0</w:Zoom> <w:TrackMoves/> <w:TrackFormatting/> <w:PunctuationKerning/> <w:ValidateAgainstSchemas/> <w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid> <w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent> <w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText> <w:DoNotPromoteQF/> <w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther> <w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian> <w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript> <w:Compatibility> <w:BreakWrappedTables/> <w:SnapToGridInCell/> <w:WrapTextWithPunct/> <w:UseAsianBreakRules/> <w:DontGrowAutofit/> <w:SplitPgBreakAndParaMark/> <w:DontVertAlignCellWithSp/> <w:DontBreakConstrainedForcedTables/> <w:DontVertAlignInTxbx/> <w:Word11KerningPairs/> <w:CachedColBalance/> </w:Compatibility> <w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel> <m:mathPr> <m:mathFont m:val="Cambria Math"/> <m:brkBin m:val="before"/> <m:brkBinSub m:val="--"/> <m:smallFrac m:val="off"/> <m:dispDef/> <m:lMargin m:val="0"/> <m:rMargin m:val="0"/> <m:defJc m:val="centerGroup"/> <m:wrapIndent m:val="1440"/> <m:intLim m:val="subSup"/> <m:naryLim m:val="undOvr"/> </m:mathPr></w:WordDocument></xml><![endif]--><!--[if gte mso 9]><xml> <w:LatentStyles DefLockedState="false" DefUnhideWhenUsed="true" DefSemiHidden="true" DefQFormat="false" DefPriority="99" LatentStyleCount="267"> <w:LsdException Locked="false" Priority="0" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Normal"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="heading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="9" QFormat="true" Name="heading 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 7"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 8"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" Name="toc 9"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="35" QFormat="true" Name="caption"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="10" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" Name="Default Paragraph Font"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="11" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtitle"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="22" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Strong"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="20" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="59" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Table Grid"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Placeholder Text"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="1" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="No Spacing"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Revision"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="34" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="List Paragraph"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="29" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="30" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Quote"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 1"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 2"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 3"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 4"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 5"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="60" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="61" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="62" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Light Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="63" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="64" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Shading 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="65" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="66" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium List 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="67" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 1 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="68" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 2 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="69" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Medium Grid 3 Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="70" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Dark List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="71" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Shading Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="72" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful List Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="73" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" Name="Colorful Grid Accent 6"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="19" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="21" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Emphasis"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="31" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Subtle Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="32" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Intense Reference"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="33" SemiHidden="false" UnhideWhenUsed="false" QFormat="true" Name="Book Title"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="37" Name="Bibliography"/> <w:LsdException Locked="false" Priority="39" QFormat="true" Name="TOC Heading"/> </w:LatentStyles></xml><![endif]--><!--[if gte mso 10]><style> /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-priority:99; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin-top:0in; mso-para-margin-right:0in; mso-para-margin-bottom:10.0pt; mso-para-margin-left:0in; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:"Times New Roman"; mso-fareast-theme-font:minor-fareast; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin;} </style><![endif]--> <div class="MsoNormal">PADA mulanya adalah sebuah ide. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebuah pikiran. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Sebuah gagasan. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Saya sangat percaya bahwa sebuah ide sekecil dan seremah apapun pada awalnya, ia bisa tumbuh, membesar. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Jadi jika kita punya ide, coba lebih dahulu mewujudkan gagasan itu dalam imajinasi. Beri dia wujud dalam pikiran. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Ada teori yang dirumuskan oleh Malcolm Gladwell tentang hal ini. Dia memberi nama ‘tipping point’. Penjelasannya ada di buku yang berjudul sama. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Intinya adalah, gagasan kecil, ketika itu dimunculkan pada saat yang tepat, <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>di tempat yang pas, diterima oleh orang yang benar, maka gagasan itu bisa bergulir menjadi hal besar, tak tertahankan, membuat perubahan besar, bahkan menyelamatkan sebuah bisnis yang nyaris bangkrut. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"></div><a name='more'></a><br /> <div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Gladwell memberi banyak contoh, salah satunya adalah sejarah kekalahan sebuah pasukan perang. Kira-kira penyebab kekalah itu adalah sebuah hal kecil: ada rakyat biasa dari pihak musuh yang mendengar pembicaraan ringan anggota pasukan itu tentang rencana penyerangan. Si pendengar lantas meneruskan ke orang lain, karena dia juga tak punya akses ke pasukan tentara negerinya.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span> </span>Informasi itu terus berjalan sehingga sampai ke komandan pasukan negeri yang hendak diserang. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Mereka mempercayai informasi itu, menyiapkan sebuah rencana pencegatan, dan dengan gemilang berhasil menaklukkan pasukan penyerang. Sebuah informasi sepele, dari orang yang pasti tak dianggap punya reputasi intelejen dan informasinya mungkin dengan mudah dianggap tak valid karena berasal dari seseorang yang entah siapa dia dan tidak kredibel. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div align="center" class="MsoNormal" style="text-align: center;">*</div><div class="MsoNormal">Saya punya ide tentang sesuatu yang saya namakan saja Gerakan Semangat Indonesia Kuat. 8 Juni lalu saya mulai meluncurkan ide itu di media sosial Twitter. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Saya berjejaring dengan banyak akun milik orang-orang besar, juga orang-orang biasa yang melakukan hal-hal besar meskipun mereka menolak dikatakan hebat, tapi di mata saya mereka semua hebat. Dari mereka saya dapat stimulus gagasan tentang banyak hal. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Tentu saja di Twitter juga banyak orang yang hanya menyampah. Saya tetap mengiringi mereka karena buat saya keberagaman linimasa saya adalah sesuatu yang menarik. Linimasa saya seperti kamera jarak jauh yang dari situ saya bisa memantau banyak kehidupan.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Tak pernah ada media yang membuat pertukaran ide - bahkan caci-maki - menjadi sedemikian meriah, seperti saya temukan di mikroblog bernama Twitter yang ditemukan oleh Jack Dorsey ini.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Menurut data paling mutahir, ada lebih dari 15 juta pengguna Twitter di Indonesia saat ini. Ini adalah angka yang luar biasa besar. Maka, tak heran jika dari situ banyak kisah cemerlang tercipta. Ada anak muda yang meraih omzet berjualan keripik singkong miliaran dengan mengandalkan Twitter. Ada sosok anonim yang tahu banyak hal dan dengan sangat cerdas menjelaskan banyak hal yang kadang karena kendala regulasi, kode etik, tak tersentuh oleh media umum. Twitter adalah media. Medium. Dia bidang tengah. Dia netral. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Artinya dengan batasan akal sehat, moral, etika, siapa saja bisa ambil manfaat di situ. </div><div class="MsoNormal">Ide saya adalah mengumpulkan, merumuskan, lalu menyebarkan semangat positif. Saya ingin mengajak kawan-kawan saya di Twitter melihat apa saja di negeri ini dengan kaca mata yang jernih. Saya menyebarkan ide itu lewat tagar #IndonesiaKUAT. <span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Avatar saya, akhir-akhir juga bertema itu. </div><div class="MsoNormal">Rumusan apapun yang saya maksudkan untuk membentuk Indonesia yang kuat harus tuntas dalam 140 karakter. Ini tantangan yang menarik. Pemikiran jadi tersarikan menjadi satuan kecil yang bernas. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Setidaknya, begitulah yang saya harapkan. Dan sejauh ini inilah ide-ide tentang Indonesia yang kuat itu: </div><div class="MsoNormal"><br /></div><blockquote class="tr_bq"><div class="MsoNormal">1. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia dengan pagi yang cemerlang dan masih menyempatkan kita saling menyapakan, "Selamat pagi, Kawan!"</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">2. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang kota-kotanya tumbuh menjadi diri sendiri, tak terseragamkan, karena memang menolak diseragamkan.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">3. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang tak memberi kesempatan pada penguasa yang lalim, lalai, lamban, dan lemah!</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">4. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang tak hanya tersibukkan perkara-perkara besar, tapi juga tak terlalaikan oleh hal-ihwal yang remeh.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">5. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang ramai memperdebatkan ide-ide dalam suasana kecendekiaan yang mencerahkan, bukan saling meniadakan.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">6. #IndonesiaKUAT yang kuat adalah Indonesia yang merdeka dan dalam kemerdekaan itu kebebasan digunakan untuk maslahat, bukan mudarat.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">7. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang ringan langkah di jalan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>menuju kebaikan, lantang suara ketika menyeru pada kebenaran!</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">8. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang menangis dan tertawa, menangis karena hati yang lembut, tertawa karena jiwa yang dewasa.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">9. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang tak henti menumbuhkan etos kerja, keberanian dan semangat berbagi. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span> </span>10. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang bijak mengedepankan keutuhan akal, arif mengetengahkan keteguhan hati, cermat mengerahkan kekuatan badan.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">11. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang mencipta, menyumbangkan<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>ciptaannya pada dunia, tak hanya bisa bangga memakai yang dicipta bangsa lain.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">12. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang belajar pada hutan hujan tropis: di sana berbagai flora, fauna, bahkan mikroorganisme<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>tumbuh bersama.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">13. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang tak sekadar memuja-muja apalagi sampai menyembah tapi juga tak pernah menghinakan sejarahnya sendiri.</div><div class="MsoNormal"><br />14. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang belajar dari kesalahan, menjauh dari kebodohan, keluar dari kurung sempit pikiran!</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">15. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang besar, membesar, semakin<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>besar, karena terus melahirkan dan dibesarkan oleh orang-orang besar!</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">16. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yang besar tapi tak pernah merasa terlalu besar besar untuk mengecilkan orang-orang kecil.</div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">17. #IndonesiaKUAT adalah Indonesia yg sehat tanahnya dan airnya, menyehatkan manusianya, hinga bisa menjaga tanah dan airnya senantiasa sehat!</div><div class="MsoNormal"><br /></div></blockquote><div class="MsoNormal">Itulah sementara ini ide-ide sederhana tentang Indonesia yang kuat. Masih dangkal dan tentu saja mentah. Saya melihat di Twitter ide itu sudah mulai menyebar. Tak terlalu luas. Jumlah mereka yang mengetwit ulang tak terlalu ramai dibanding misalnya ketika twit saya tentang sajak cinta. Ada juga beberapa yang menyumbangkan ide, harapan, dan rumusannya sendiri tentang Indonesia yang kuat. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Jumlah ide-ide itu akan terus dan terus bertambah. Saya tak tahu sampai berapa, karena pasti banyak sekali harapan kita tentang negeri ini dan setiap harapan yang baik adalah sumbangan untuk Indonesia yang kuat.</div><div class="MsoNormal">Saya tidak akan menyatakan bahwa ide-ide itu nanti milik saya sendiri. Karena saya merumuskannya dari pemikiran banyak orang yang saya petik di Twitter. Saya hanya penggagas awal. Karena itu, saya nanti akan berterima kasih pada banyak orang, pada banyak nama yang belum ingin saya sebutkan sekarang. </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal">Kenapa di Twittter? Saya tak tahu harus memilih media apa yang lebih praktis. Adakah? Saya bisa menulis buku, tapi terus terang saja saya tak punya kapasitas untuk menulis buku membahas topik yang mungkin akan jadi terasa sangat serius itu. Lagi pula apa salahnya dengan Twitter?<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Bagi saya kecepatan ide ini menyebar jauh lebih penting daripada bagaimana ide ini diberi bentuk.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><span> </span>Nah, ide-ide ini anggap saja informasi dari rakyat jelata dan orang itu adalah saya, yang sekarang sedang saya sampaikan pada banyak orang agar sampai pada banyak orang. Saya tak tahu selanjutnya kemana dan akan s ampai dimana ide ini bergerak atau entah nanti akan mati di suatu tempat entah di mana tak pernah sampai ke mana-mana.<span style="mso-spacerun: yes;"> </span>Saya tak peduli dan akan terus pasang kuping, menangkap ide, merumuskannya, dan mengetwitkannya. <span style="mso-spacerun: yes;">Anggap saja ini nanti jadi kado perayaan hari kemerdekaan Indonesia Agustus nanti.[] </span> </div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div><div class="MsoNormal"><br /></div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-41125310407274502742012-06-12T18:16:00.000-07:002013-09-09T22:18:50.927-07:00Cinta yang Sehat di dalam Hati yang Kuat<div class="js-tweet-text">SEKUAT apa hatiku mencintai kamu? Aku tak tahu, tapi aku tahu bagaimana cintaku padamu telah menguatkan hatiku, menguatkan aku<b>. </b><br /></div><div class="js-tweet-text"></div><div class="js-tweet-text">Sedekat apa aku mencintai kamu? Aku tak tahu, tapi kini aku tahu tak akan pernah ada lagi jarak antara di mana hatiku dan hatimu. </div><div class="js-tweet-text"><br /></div><div class="js-tweet-text">Seberani apa aku mencintai kamu? Aku tak tahu, tapi aku tahu bagaimana cintaku padamu menghilangkan rasa takutku kehilangan kamu.</div><div class="js-tweet-text"><br /></div><div class="js-tweet-text">Apa lagi yang bisa kutanyakan, tentang cintaku padamu? Mungkin sebuah pertanyaan yang jawabanya adalah, "Cinta yang sehat terdapat di dalam hati kuat!" </div>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-75952718798825926022012-06-12T18:11:00.000-07:002013-09-09T22:18:51.018-07:00Pengakuan Seorang Mantan PencuriRUMAHKU adalah rumah-Mu. Rumah-Mu adalah rumahku. Sekarang, kalau aku hendak masuk, aku tak perlu lagi membongkar jendela-Mu.<br /><br /><div class="js-tweet-text">Tapi, tadi malam aku mencoba mencuri lagi di rumahku sendiri. Diam-diam menyelinap ke dalam hati-Mu, dan berharap Kau memergoki aku. </div><div class="js-tweet-text"><br /></div><br /><div class="js-tweet-text"><br /></div><div class="js-tweet-text"><br /></div><span class="fullpost"></span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-76469768211420360892012-06-09T01:03:00.000-07:002013-09-09T22:18:51.110-07:00Kepada Cintaku Itu, Cintaku Padamu ItuCINTAKU padamu: puncak yang hendak kutuju. Mencintaimu adalah pendakian yang akan melelahkan, tapi aku tak akan berhenti.<br /><br /><span class="fullpost">Cintaku padamu: embun yg kutunggu setelah kering malamku. Nanti sepanjang hari aku menangis, membayangkan airmataku adalah embunmu itu. </span><br /><span class="fullpost"><br /></span><br /><span class="fullpost">Cintaku padamu: spora jamur kapang yang di hatiku menyebar, menebar, melebar. Hatiku tahu berapa suhu terbaik bagi tumbuh cinta itu. </span>Unknownnoreply@blogger.comtag:blogger.com,1999:blog-8993466588145073007.post-25552679502855727352012-06-09T00:58:00.000-07:002013-09-09T22:18:51.204-07:00Inilah Segala Cinta yang Aku PunyaAPA yang kulakukan ini?<br />Merumuskan cintaku padamu dengan huruf tak cukup dan kalimat yang buruk?<br />Cinta yang tak akan habis terumuskan itu?<br /><br /><span class="fullpost">Aku sedang mencintaimu. </span><br /><span class="fullpost">Membawa cintaku itu dalam diriku. </span><br /><br /><span class="fullpost">Aku terbawa kemana-mana oleh cintaku dan tak pernah jauh dari kamu.</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><br /><span class="fullpost">Mencintaimu adalah meninjau cintaku itu, setiap waktu, dengan tanya baru. </span><br /><span class="fullpost">Aku tidak ragu, hanya ingin yakin bahwa aku yakin.</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><br /><span class="fullpost">Beginilah caraku mencintaimu.</span><br /><span class="fullpost">Cara yang lebih sederhana dari yang paling sederhana. </span><br /><br /><span class="fullpost">Aku menabung cintaku, sepeluk-sepeluk.</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><br /><span class="fullpost">Aku menabung cintaku, setiap waktu.</span><br /><span class="fullpost">Seakan nanti kita membutuhkan sejumlah cinta untuk sebuah bekal perjalanan.</span><br /><span class="fullpost">Sangat panjang.</span><br /><span class="fullpost"><br /></span><br /><span class="fullpost">Aku tak mengagungkan cinta, tapi tak berani sedikitpun mengecilkannya. </span><br /><span class="fullpost">Cintaku bukan segalanya, tapi itulah segala cinta yang aku punya.</span>Unknownnoreply@blogger.com