Thursday, December 15, 2011

Dari Forum Pemred Jawa Pos Group di Novotel Jakarta

“Kalau ingin menjadi menteri, caranya tidak sulit. Cukup beli dua buku. Satu dibaca, dan satu dikasih Pak SBY!” kata Hasan yang diikuti tertawa ngakak seluruh audience, termasuk Menparekraf Mari Elka Pangestu.

Mau Jadi Menteri? Cukup Beli Dua Buku!
 

Oleh | Don Kardono

MENTERI Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu lega, bisa menjelaskan detail berbagai program kerjanya di Forum Pemred Jawa Pos Group itu. Sebab, cukup sekali ketuk, 165 media lebih sudah membuka pintu secara otomatis.

Karena itu, dalam pressure skedul yang super mepet, di antara sidang kabinet bersama Presiden SBY, mantan menteri perdagangan ini terus mencari cara untuk bisa melompat ke arena Forum Pemred di Novotel, Mangga Dua itu. Bicara di depan pimpinan redaksi media yang memiliki jaringan media paling besar dan paling luas di Indonesia ini sudah mirip berkeliling tanah air dari satu titik. 




Putri dari ekonom J Panglaykim ini memperoleh gelar Bachelor dan Master of Economics dari The Australian National University, serta gelar Ph.D. di sektor Perdagangan Internasional, Keuangan, dan Ekonomi Moneter dari Universitas California, Davis tahun 1986. Cukup detail, Mari Elka memaparkan istilah baru dalam kementerian pasca reshuffle, 18 Oktober 2011 lalu. Ada 45 slide yang dia jelaskan secara komprehensif. Lagi-lagi, password-nya sama dengan arah dan jalur Jawa Pos Group, yakni: “kreatif!” 


Menurutnya, ekonomi kreatif merupakan era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas, mengandalkan ide dan stock of knowledge dari sumber daya manusia, sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. “Yang dieksplorasi adalah kreativitas manusia, jadi tidak aka nada habisnya!” ucap Mari yang juga peneliti CSIS itu. 


Lalu apa kaitannya dengan Industri Kreatif" Mari menyebut, sebagai industri yang berasal dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan, dengan menghasilkan dan memberdayakan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut. 


“Kontribusi ekonomi kreatif bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia, tahun 2010, cukup signifikan, yakni 7,3%. Lalu, kontribusi pada ekspor sampai 9,25%. Dan daya tampung tenaga kerja mencapai angka 8,5 juta 7,76%. Saya pernah membeli 2 buku yang berisi arti penting ekonomi kreatif ini, yang satu saya berikan ke Pak SBY. Karena itu, memberdayakan sektor ini cukup strategis,” ujar Mari, yang kemudian disindir moderator Hasan Aspahani, Pemred Batam Pos.
“Kalau ingin menjadi menteri, caranya tidak sulit. Cukup beli dua buku. Satu dibaca, dan satu dikasih Pak SBY!” kata Hasan yang diikuti tertawa ngakak seluruh audience, termasuk Menparekraf Mari Elka Pangestu. 


Mengapa harus Ekonomi Kreatif" Mari menjelaskan, sedikitnya ada enam alasan penting. Pertama, bisa memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan. Kedua, menciptakan iklim bisnis yang positif dan kondusif. Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa. Keempat, berbasis pada sumber daya yang terbarukan, bukan berbahan fosil. Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa. Dan keenam, memberikan dampak sosial yang positif. 


Lalu apa tantangannya" “Ya, sumber daya insani yang belum memadai dalam kuantitas dan kualitas. Umumnya mereka belajar otodidak, bukan diciptakan oleh institusi-institusi pendidikan formal/informal. SDM itu umumnya juga terkonsetrasi di kota tertentu saja,” paparnya. 


Selain itu, lanjut dia, iklim belum cukup kondusif dalam hal memulai dan menjalankan usaha, aktivitas ekspor-impor, hak kekayaan intelektual, perpajakan, khususnya pada saat start-up usaha. “Apresiasi public terhadap produk kreatif juga belum cukup tinggi. Termasuk juga apresiasi terhadap insan kreatif, karena itu belum menjadi sesuatu yang memikat,” kata dia. 


Mari berkali-kali menanyakan ke audience, untuk memperoleh kesamaan pemikiran soal hambatan yang paling merepotkan di semua sektor. Apa lagi kalau bukan soal infrastruktur" “Itu keluhan nomor satu. Hambatan infrastruktur. Penetrasi dan regulasi teknologi informasi juga belum mendukung industry,” jelas tokoh yang dulu menjadi pengajar FE UI ini. 


Industri fashion misalnya, kata Mari, juga kerajinan, masih sering terkendala oleh kelangkaan dan fluktuasi bahan baku. Sementara lembaga pembiayaan belum cukup baik menilai bisnis industry kreatif, akibat informasi yang asimetris. “Pelaku-pelaku industri kreatif tidak mudah mendapatkan pinjaman modal,” tutur pengganti Menteri Jero Wacik yang pindah ke Kementerian ESDM itu.


Namun, bukan Mari Elka kalau tidak optimistik. “Saya banyak ditanya, apa focus ekonomi kreatif ini" Banyak yang belum tahu, ini memiliki potensi yang amat besar, dan bisa semakin signifikan untuk menyumbang PDB, lapangan kerja, net trade national, capaian pembangunan nasional dan kesejahteraan rakyat,” jelasnya.[]