: SDD 
/1/ 
NAMA-NAMA di rak buku itu mungkin ikut 
mendengarkan juga. Perbincangan kita. 
"Kita minum seduhan ini saja..." katamu. 
Tepat, kutebak dengan segera, "Rosella!" 
"Ya," katamu. Ah, aku tentu lekas tahu 
dari kelompok kelopak ranum marun itu. 
Dan serta-merta - setelah seruput pertama - 
kita bercakap dengan kata biasa, tentang 
bagaimana cara meluarbiasakan kata-kata. 
/2/ 
Nama-nama di rak buku itu, kubaca bagai 
Dylan? Tagore? Elliot? Frost? Atau Lorca? 
Mereka mungkin ingin juga kau pinjamkan 
sarung, penyelimut tidur, pengganti piyama. 
"Ah, tak perlu. Kita sudah sering mimpi 
bersama. Bertemu di bait-bait bicara yang 
kita garisbawahi, kita tandakurungi, kita 
lingkari - dan kata-katanya jadi seunggun 
api, menyala abadi, hangat sekali. Siapa 
yang ingin lekas tidur dalam pertemuan 
semenakjubkan ini?" katamu. Dan lekas aku 
angguki. Berkala-kala. Berkali-kali. 
/3/ 
Nama-nama di rak buku itu, satu per satu, 
aku pelajari bagaimana cara memanggilnya. 
Eh, betulkah itu? Sepertinya ada satu nama 
yang aku kira sangat aku kenal di rak itu? 
/4/ 
"Sekarang mari kuperkenalkan kau, kepada 
namaku sendiri," katamu. Mengajakku ke 
rak buku lain, yang bagiku sama saja dengan 
yang pertama tadi - yang pada malam itu, 
malam yang beracun mimpi itu - menjelma 
menjadi akuarium, dan buku-buku itu adalah 
ikan yang berenang riang, mematuki mataku. 
Nama-nama di rak buku itu, semalam itu, 
diam-diam makin meracuniku dengan Mimpi.