Jam Dinding Hadiah Darimu
Sajak Hasan Aspahani
hidup itu memang tak pernah murah, aku tak 
pernah punya rumah, kecuali waktu yang marah
selalu marah, aku belajar untuk jadi sabar,
juga ketika kau memberi jam dinding kamar,
"supaya tidurmu didatangi mimpi besar!" 
padahal aku tak punya rumah apalagi kamar, 
maka kutitipkan saja hadiahmu itu pada 
Pak Tua penjaga kamar rumah penitipan mayat,
aku percaya dia orang yang sangat tahu waktu. 
"Aku mau pergi memancing. Ikan besarku pasti
sedang menunggu, entah di samudera mana itu. 
Kalau mati kuburkan saja bersama batereinya,"
kataku berpesan. Singkat. Seperti wasiat. 
"Di batu nisannya tuliskan kata-kata: di sini 
terbaring pengembara tak pernah ke mana-mana..." 
bertahun kemudian aku kembali. maksudku ingin 
menziarahi kuburan jam hadiah darimu. Tapi
di rumah penitipan mayat itu detaknya masih
keras menumbuk dadaku. Jarumnya tajam, berputar makin
laju. Aku melihat ada bangkai ikan besarku 
tertusuk di situ. O, ingin sekali aku.... 
Batam, 26 Agustus 2005
----------
JAM DINDING PADA DINDING DI DADAKU
Sajak Anggoro Saronto
jam dinding pada dinding di dadaku, telah lama mati
bukankah engkau adalah baterai yang dicuri waktu, energi itu habis
elakmu kala itu
dan waktu yang berhenti, membuat aku leluasa menjelajah hari
tak ada jam makan siang, atau saat rebah malam
tak ada rindu yang perlu kutunggu, atau kuragu
bukankah itu semu? ah, bukankah hidup itu kesemuan, karena
hanya ada satu kepastian dalam kehidupan, seperti kesabaran
tidak pernah berbatas, bagi mereka yang tahu. bagi mereka yang tahu.
26 agustus 2005
-------------
Jam Dinding di Kepalaku
Sajak Yono Aljibsail Wardito
Jam dinding itu masih menggelantung dikepalaku. Sebuah hadiah besar 
tabulasi episode masa lalu.Tak kuingin tahu seberapa ingin engkau 
mengetahui,Ketika aku disini, menjawab percarianmu; "Aku baik-baik 
saja,Sayang. Dan sebuah kebinalan bermain ditelingaku!"
Kemudian hari itu juga aku melepaskan baterai dari dalam jam 
dinding 
itu,Jarumnya berhenti,namun detaknya masih kencang dikepalaku. Aku 
bergegas melarikannya kepada seorang ahli perbaikan jam, lalu dia 
menggantikannya dengan sebuah kail tua. Aku pikir dia sedang 
bercanda; 
sebuah hadiah besar ditukar dengan pemainan usang!
Tapi dia memberikan jawaban kepadaku; selayaknya aku terus bermain 
saja, dan jam dinding itu tak perlu gelantungkan dikepalaku.
"Ternyata,jam dinding itu sudah bersarang di dalam otak sebelah 
kiri kepalamu", katanya.
Sedalamdalam aku menghela nafas, hanya engkau yang kubisiki; jam 
dinding itu masih kepalaku.