Thursday, July 14, 2005

Pulang Jalan Kaki, Telanjang tanpa Mimpi

/1/

Demi mengirit energi, dia suka pulang kerja berjalan kaki,
penjaranya eh rumahnya tak jauh dari tempat kotor eh kantor.

"Paling-paling dini hari kita sudah sampai," katanya kepada
lelah yang selalu numpang di punggungnya yang lunglai.

Bosan juga suka ikut-ikutan di matanya yang kusut masai.

Dalam perjalanan pulang dia suka digoda ojek, angkot,
bis dan kereta listrik. "Awas! Di depan ada jalan becek!"
kata ojek berteriak mengejek.

(Kantor jauh lebih lecek, penuh persekongkolan licik...)

"Hati-hati, ada begundal kampret mengintai kau punya dompet!"
kata angkot yang sudah pengalaman kerjasama dengan pencopet.

("Di kantor juga banyak rekan sejawat yang sejatinya tukang serobot.")

Kalau kepergok bis, dia suka kaget karena sengaja dipepet-pepet.
"Selamat berhemat, Pegawai Kere. Semoga lekas kaya sejahtera!


/2/

Tapi, tak ada yang lebih damai daripada rumah yang permai.
Letih ditanggalkannya di pintu. Lelah ditumpuknya di jendela.

Lampu yang remang dinyalakannya. Satu-satunya lampu di hati.
Lalu dia pun terkapar nyaman sekali. Telanjang tanpa mimpi.