Sunday, October 28, 2007

[Majas # 005] Antropomorfisme

ANTROPOMORFISME. Metafora yang menggunakan sesuatu kata yang berhubungan dengan manusia - seringkali itu berupa tubuh atau bagian dari anggota tubuh manusia - untuk hal yang bukan manusia.

Contoh:
a.

Ketika jari-jari bunga terbuka
mendadak terasa: betapa sengit
cinta kita


("Ketika Jari-jari Bunga Terbuka", Sapardi Djoko Damono, "Hujan Bulan Juni", Grasindo: Jakarta, 1994)

mengapakah pelupuk mawar selalu
berkaca-kaca, sementara tangan-tangan lembut
hampir mencapainya (wahai, meriap
rumput di tubuh kita)


(Bunga-bunga di Halaman, ibid)

bibir-bibir bunga jadi pecah-pecah
mengunyah matahari


("Jangan Ceritakan", ibid)

mata pisau itu tak berkejap menatapmu;
kau yang baru saja mengasahnya
berpikir: ia tajam untuk mengiris apel


("Mata Pisau", ibid)

ia membayangkan rahang-rahang laut dan
rahang-rahang bunga terkam-menerkam


("Catatan Masa Kecil 2", ibid)

b.
Pantai mengangakan rahang, menelan waktu
yang datang bertubuhkan
gelombang


("Pada Sebuah Pulau", Goenawan Mohamad, "Misalkan Kita di Sarajevo", Kalam: Jakarta, 1998)

Tapi di luar, kenyataan
merayau batas. Seperti kejaran
desir hujan
pada muka kolam:
rutin air yang seakan membentuk bekas,
beribu lingkaran.
Riak, kilau, biru.
Mungkin juga bunyi. Janji.


("Sirkus", ibid)

c.
....
kugoreskan napsu ke perut bumi
- aku sungguh tak nyeleweng dari janji -

....

("Belukar", Subagio Sastrowardoyo, "Keroncong Motinggo", Balai Pustaka: Jakarta, 1992)

malam rebah
di punggung
sepi
ku
gigir gunung
susut di kaca
....


("Haiku", ibid)

...
dengan tak sabar kuku maut
telah menusuk merihnya

...

("Matinya Pandawa yang Saleh", ibid)

....
Tinggal lagi jari yang merapa dan lidah yang menjilat
tubuh pengalaman

....

("Gerimis", ibid)

Majas antropomorfisme ini adalah jurus yang jarang dipakai oleh penyair kita dalam sajak-sajaknya. Antropomorfisme mungkin memang harus diberdayakan dengan hati-hati sebab bisa terjebak pada metafora mati. Apa itu? Yaitu metafora klise yang nyaris tidak bisa lagi dianggap sebagai sebuah metafora, dan orang sudah lupa bahwa itu metafora. Misalnya? Lengan kursi, kaki gunung, mulut gua, bahu jalan, dll.

Tugas penyair adalah menghidupkan metafora baru. Melahirkan antropomorfisme yang segar, sebelum apa yang ia ciptakan itu pun kelak mati dan layu atau bisa juga bertahan lama.