Tuesday, October 23, 2007

[Majas # 002] Alegori

ALEGORI. Pengunaan cerita, petikan dari cerita (terutama nama tokoh dan nama tempat dalam cerita itu) sebagai lambang untuk menjelaskan atau menyampaikan sesuatu yang mengandung ajaran atau nilai-nilai kehidupan.

Contoh:

a. Kamu Sangkuriang, bukan? Cinta bisa mengubah darah!"

("Libido Sangkuriang", Sitok Srengenge, "Nonsens" Kalam: Jakarta, 2000)

b. ...Teleponlah aku pada jam pulang kerja, sebelum melepas tali sepatu, seperti balladamu yang penuh sabun: Cinderella, Toffler, Nasibitt...

("Sebuah Kantor dan Warna-warni", Afrizal Malna, "Kalung dari Teman", Grasindo: Jakarta, 1999)

c. Sekali akan turun lagi
    kapal Nuh di pelabuhan malam
    tanpa kapten
    hanya Suara yang berseru ke setiap hati:
    "Mari!"

("Kapal Nuh", Subagio Sastrowardoyo, "Simphoni", Pustaka Jaya: Jakarta, 1975)


d. kueja setia, semua pun yang sempat tiba
    sehabis menempuh ladang Kain dan bukit Golgota
    sehabis menyekap beribu kata, di sini
    di rongga-rongga yang mengecil ini

("Prologue", Sapardi Djoko Damono, "DukaMu Abadi", Bentang: Yogyakarta, Cet.2. 2004)


e. Dikutuk-sunpahi Eros
    Aku merangkaki dinding buta,
    Tak satu juga pintu terbuka

("Lagu Siul", Chairil Anwar, "Aku Ini Binatang Jalang", Gramedia: Jakarta, Cet.8, 2000)

Sangkuriang, Cinderella, kapal Nuh, ladang Kain dan bukit Golgota, Eros, adalah tokoh dan nama tempat dalam cerita yang masing-masing mengandung nilai-nilai kehidupan. Penyair tidak sekedar menempelkan nama-nama itu di bait-bait sajaknya. Penyair tentu telah mempertimbangkan keutuhan sajaknya, dan kepadatan makna yang hendak ia sampaikan di dalam sajaknya, dengan menggunakan nama-nama itu, memanfaatkan khazanah alegori itu.