1.
HARI ini aku ke kantor asuransi. Aku ambil klaim asuransi kematian. Kemarin aku mati kecelakaan.
2.
PENGGALI kubur itu mati. Di nisannya tertulis epitaf: bagaimanapun, aku tak bisa menggali kuburku sendiri.
3.
ROBOT itu diterima kerja di bengkel perbaikan robot. Tugas pertamanya: memperbaiki dirinya sendiri.
4.
DIA tertidur, tv tak dimatikan. TV itu ingin sekali meraih remote control, mematikan dia.
5.
"AKU tokoh dalam kisahmu," katanya pada Agus Noor. Tapi, kau belum menuliskan aku. Hm, kok Dia tahu aku mau menulis tentang Tuhan?
6.
BOLEHKAH aku menggantikan dia? kata sebuah kata pada seorang penyair, sambil menunjuk kata lain di sajak penyair itu.
Blog ini adalah daerah cagar, suaka bagi sajak-sajak, terjemahan, dan esai-esai Hasan Aspahani. Hal-ihwal yang pernah hilang dan ingin ia hapuskan.
Showing posts with label FIKSIMINI. Show all posts
Showing posts with label FIKSIMINI. Show all posts
Monday, March 22, 2010
Fiksimini di Twitter
1.
APA hakmu mengarang-ngarang ceritaku begitu? Tanya seorang tokoh cerita kepada Agus Noor. Prosais kondang itu tak bisa menjawab.
2.
"BIAR kuselesaikan sendiri," kata calon novel kepada Eka Kurniawan yang tak juga selesai menulis novelnya itu.
3.
SEBELUM pindah, dia kirim surat ke alamat barunya. Isinya: pulanglah ke rumah lamamu, aku merindukanmu.
4.
PENARI telanjang itu mati saat menghibur serdadu di medan perang. Dia dikuburkan tanpa kain kafan.
5.
KORAN itu mengantar dirinya sendiri. "Loperku mati. Beritanya tak akan ada padaku," kata koran itu padaku.
6.
IA jalan dari kubur ke kubur. "Cari siapa?" tanya penjaga. "Cari kuburku," katanya. "Pantas tadi ada juga kubur cari Anda"
7.
SEMUA surat yg dia kirim kembali padanya dgn catatan: salah alamat, juga surat yang ia kirim ke alamatnya sendiri.
8.
Sebelum mencabut nyawaku, maukah kubacakan sajak? Tanya Penyair kepada Malaikat. "Nanti, setelah kau mati aku ada waktu untukmu," kata Malaikat itu.
:: Ikuti saya di twitter/hasanaspahani
APA hakmu mengarang-ngarang ceritaku begitu? Tanya seorang tokoh cerita kepada Agus Noor. Prosais kondang itu tak bisa menjawab.
2.
"BIAR kuselesaikan sendiri," kata calon novel kepada Eka Kurniawan yang tak juga selesai menulis novelnya itu.
3.
SEBELUM pindah, dia kirim surat ke alamat barunya. Isinya: pulanglah ke rumah lamamu, aku merindukanmu.
4.
PENARI telanjang itu mati saat menghibur serdadu di medan perang. Dia dikuburkan tanpa kain kafan.
5.
KORAN itu mengantar dirinya sendiri. "Loperku mati. Beritanya tak akan ada padaku," kata koran itu padaku.
6.
IA jalan dari kubur ke kubur. "Cari siapa?" tanya penjaga. "Cari kuburku," katanya. "Pantas tadi ada juga kubur cari Anda"
7.
SEMUA surat yg dia kirim kembali padanya dgn catatan: salah alamat, juga surat yang ia kirim ke alamatnya sendiri.
8.
Sebelum mencabut nyawaku, maukah kubacakan sajak? Tanya Penyair kepada Malaikat. "Nanti, setelah kau mati aku ada waktu untukmu," kata Malaikat itu.
:: Ikuti saya di twitter/hasanaspahani
Labels:
FIKSIMINI
Friday, November 20, 2009
[FIKSIMINI] Badutelevisi
"APAKAH aku sudah tidak bisa membantu kelucuanmu lagi?" tanya topeng badut itu kepada si badut yang selama ini selalu mengenakannya.
Si Badut memandangi televisi kecil di kamar kumuhnya. Televisi itu menyiarkan berita badut-badut tak bertopeng dan si Badut berpikir mungkin dia harus memakai televisi itu sebagai pengganti topengnya.
"Wah, ide yang lucu itu," kata topeng. Tapi, mereka berdua sama sekali tidak tertawa.
Si Badut memandangi televisi kecil di kamar kumuhnya. Televisi itu menyiarkan berita badut-badut tak bertopeng dan si Badut berpikir mungkin dia harus memakai televisi itu sebagai pengganti topengnya.
"Wah, ide yang lucu itu," kata topeng. Tapi, mereka berdua sama sekali tidak tertawa.
Labels:
FIKSIMINI
Friday, August 21, 2009
[FIKSIMINI] Puisi
pu·i·si n 1 ragam sastra yg bahasanya terikat oleh irama, matra, rima, serta penyusunan larik dan bait; 2 gubahan dl bahasa yg bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus; 3 sajak;...
DIA marah sekali pada para penyusun kamus yang tak dikenalnya itu. "Cuma begitu kemampuan mereka menguraikan makna diriku? Huh! Memalukan. Memuakkan!" katanya.
"Sabar. Sabar..." kata saya mencoba menyabarkan dia.
"Sabar? Apa saya bisa sabar? Coba kamu baca itu di Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi apa itu? Ragam sastra yang bla bla bla...., gubahan dalam bahasa yang bla bla bla... Apa itu?" katanya, marahnya makin menjadi.
"Eee, begini sajalah. Biar saya yang bukan siapa-siapa ini mencoba mendefinisikan kamu dengan cara lain. Yaitu dengan terus-menerus mencoba menuliskan Anda. Bagaimana?" kata saya.
Sepertinya marahnya mereda. Dia lalu pergi tanpa mengucapkan sepatah katapun. Tapi, rasanya dia tak pernah berada terlalu jauh dari saya. Saya, menyesal juga sudah menjanjikan sesuatu padanya. Karena sejak saat itu saya selalu merasa tertagih, terus-menerus menuliskan dia....
[FIKSIMINI] Tidak
ti·dak adv partikel untuk menyatakan pengingkaran, penolakan, penyangkalan, dsb; tiada: tempat kerjanya -- jauh dr rumahnya; apa yg dikatakannya itu -- benar; ...
"OH, tidak! Seharusnya aku tidak ada di sana, di halaman kamus ini. Tidak! Seharusnya tak usah saya dilemakan di sini!" kata kata "tidak" itu.
Saya memperhatikan kata itu. Sudah sering saya bertemu dia di sana, ketika sesekali saya berkunjung ke sana, ke Kamus Besar Bahasa Indonesia itu. Tapi, kali ini saya lihat dia lain...
"Oh, sayalah kata yang merusak segalanya. Sayalah kata yang menggoda pasangan manusia pertama itu terbuang dari surga dan kemudian menjalani kehidupan lain di dunia. Aduh, maafkan saya, saya sebenarnya tak pernah ingin lahir sebagai 'tidak', sebagaimana kini adanya saya! Sayalah yang dulu meminta Hawa mengucapkan saya, sekali saja, itulah saat saya pertama kali diucapkan, yaitu ketika Hawa mengajak Adam menidakkan larangan itu..."
Saya tak tahu apakah dia berbicara pada saya. Saya menyimak dan mulai mengerti kenapa dia bicara seperti menahan menangis, seakan menanggung sesuatu yang amat besar sesalnya...
"Saya bukan antonim dari 'ya'. Bukan. Saya tak pernah melawan dia. Saya dulu adalah bagian dari dia. Saya menghormati dia. Saya mengagumi dia. Saya salut pada ketabahan 'ya' kata paling hebat di dunia itu. Saya ini tidak ada apa-apanya dibanding dia. Oh, betapa inginnya saya kembali lagi menyatu dengannya...."
Ah, kata yang cengeng. Saya balikkan saja halaman kamus itu. Mencari kata lain.***
[FIKSIMINI] Kamus
ka·mus n 1 buku acuan yg memuat kata dan ungkapan, biasanya disusun menurut abjad berikut keterangan tt makna, pemakaian, atau terjemahannya; 2 buku yg memuat kumpulan istilah atau nama yg disusun menurut abjad beserta penjelasan tt makna dan pemakaiannya; 3 ki diri, pikiran: tak ada istilah “takut” dl -- saya;
"BILANG pada Penyair itu --- ah, siapa namanya itu? --- Apa salah saya? Saya tak pernah membelenggu kata manapun. Saya tak pernah meminta kata-kata itu ada di dalam saya.
"Saya sayang pada semua kata-kata yang ada pada saya. Ada kata yang tak pernah lagi kalian perhatikan. Ada yang mati terbunuh. Ada kata yang entah bagaimana kalian memperlakukannya, tiba-tiba dia merasa bukan lagi kata...
"Jadi, jangan salahkah saya. Tolong, bilang pada Penyair itu --- ah, siapa itu namanya -- ya. Tak perlu dia membebaskan kata dari saya, saya tak pernah membenahi kata manapun. Saya ini kan cuma menampung kata. Menerima tumpangan. Menerima mereka apa adanya...
"Jadi, jangan musuhi saya. Bilang padanya, pada Penyair itu, dia bebas saja membebaskan kata yang mana saja dari saya. Pada hakikatnya kata-kata itu memang bebas, bukan? Jangan terlalu menganggap saya ada. Saya ini apalah, saya cuma kamus saja." ***
Subscribe to:
Posts (Atom)