Friday, October 10, 2008

Stringing Raindrops



Saya minta kepada penyair Medy Loekito mengirim salinan digital lukisan Asvega, putrinya, pelukis amat berbakat itu. Medy mengirimkan lukisan di atas. Lukisan itu berjudul Stringing Raindrops . Saya menggubah sajak dari lukisan itu. Baca sajaknya di

Stringing Raindrops

sesulur mimpi malam, sesubur pepucuk ulam
seulur kasih tangan, sejulang bebuihan hujan

aku bukan lagi bocah pemuja layang-layang
bolehkah kutawarkan padamu: sejulur benang?

aku telah mencoba mengerti, kau akan jauh terbang,
sayap sepasang itu terlalu indah untuk tak dibentang

tapi, sayang, sejulur benang yang kutawarkan itu,
yang kupintal lama dalam dadaku, dari serat ragu
yang bisu, takut yang tak bersahut, harap yang
sebisa mungkin kutahan agar tak meluap-luap,
tetap akan kutunggu kau sambut dengan jemarimu,
lalu kau roncekan berbuihan hujan itu, di situ.

nanti, bila hujan memusim lagi, dan kau menari di
langit mana yang aku tak tahu, maka kuhitung saja
dengan roncean bebuihan hujanmu itu, berapa
ribu kalikah aku menyebut-nyebut namamu. Namamu...



Jean-Marie Gustave Le Clézio, the 2008 Nobel Literature laureate, is described by the Swedish Academy as an "author of new departures, poetic adventure and sensual ecstasy"


Tulis Akhir Postingan Anda

[Kelas Puisi] Korespondensi Antarbagian di dalam Sajak

Keterhubungan atau korespondensi antarbagian-bagian bahasa penting disadari, dijaga, dan dibangun oleh pengarang prosa atau puisi, untuk menghasilkan karya yang padu. Pada sajak, korespondensi itu salah satunya adalah berbentuk ulangan susunan baris yang tampak di baris lain dengan tujuan menambah mutu dan kebagusan sajak.



Berasarkan tinjauan pada korespondensi itu, A.W de Groot membedakan prosa dan puisi, dengan tiga pokok perkara:

1. Kesatuan-kesatuan korespondensi prosa yang pokok adalah kesatuan sintaksis; kesatuan korespondensi puisi - bukan kesatuan sintaksis - tetapi kesatuan akustis.
2. Di dalam puisi korespondensi dari corak tertentu, yang terdiri dari kesatuan-kesatuan tertentu pula, meliputi seluruh puisi dari semula sampai akhir. Kesatuan ini disebut baris sajak.
3. Di dalam baris sajak ada periodisitas dari mula sampai akhir.


Kebanyakan tiap baris sajak terdiri dari bagian-bagian yang susunannya serupa. Bagian-bagian itu disebut periodus. Kumpulan sejumlah periodus itu merupakan baris sajak. Dengan kata lain, periodus adalah pembentuk baris sajak menurut sistem, sedangkan periodisitas itu adalah sistem susunan bagian baris sajak.

Penjelasan di atas dapat kita baca dalam buku "Pengkajian Puisi" Rachmat Djoko Pradopo (1987), yang ia rujuk dari penjelasan Slametmulyana (1956).

Contoh yang amat mudah untuk melacak jejak periodus, dan memahami apa itu periodisitas ada pada bentuk sajak-sajak lama.

Bukan beta / bijak berperi
pandai menggubah / madahan syair
Bukan beta / budak negeri
mesti menurut / undangan mair.


Begitulah seterusnya, sajak Roestam Effendi berjudul "Bukan Beta Bijak Berperi" itu bisa dibedah berdasarkan periodus-periodus seperti itu. Sebaris terdiri atas dua periodus. Jadi demikianlah periodisitas sajak itu: sebaris dua periodus, sebait empat baris.

Korespondensi seluruh bagian sajak dibangun berdasarkan periodisitas tersebut. Pada zaman itu, begitulah standar utama estetika sajak yang indah. Pada sajak bebas, yang banyak ditulis oleh penyair kini, penyair bebas menyusun periodisitas, memain-mainkan periodus.***

Thursday, October 9, 2008

Di Antara Larik dan Bait Kosong

di antara gelap dan terang
di antara pejam dan nyalang
di antara hirup dan hembus
di antara endap dan apung
di antara biar dan sayang
di atnara sembunyi dan tandang
di antara wangi dan tuba
di antara tubuh dan bayang
di antara remang dan terang

di antara larik dan bait kosong

antara aku yang masih mencari dan
engkau yang amat ingin ditemukan



Bagai Bubuk Kelelatu

Detikmu bara, detikku bagai bubuk kelelatu
membubung menyala, lalu jatuh sebagai abu

Dan dadaku, tungku - yang abadi menunggu -

Saat kau sorongkan kayu sisa-sisa pintu!
Tak lagi ada tuan & tamu di rumah kita itu.



Karma Luka

Bila rambutmu adalah hutan yang menanti
maka jemariku adalah para pemburu, dengan
anak-anak panah, dan busur bertali gelisah.

Puncak itu begitu rapuh, memang, dan tiap
kali dari sana ada yang jatuh: pemburu
yang tak patuh, pada karma luka rahasiamu.



Komentar-komentar untuk TELIMPUH

1. Ide atau gagasan atau ilham dalam menulis puisi ternyata bukanlah sesuatu yang semata-mata “diberikan” tetapi juga “diperjuangkan”. Hasan Aspahani membuktikan dalam sajak-sajaknya, bahwa ide bisa didapat dengan berbagai cara dan dari berbagai
situasi. Melawan kecenderungan untuk tergantung pada mood, Hasan malahan dengan asyik dan tak pernah bosan-bosannya berusaha menemukan ide-ide baru. Lihatlah, ia meloncat dari mitologi ke dongeng, dari kamus sampai komik strip, dari kaleng Coca Cola hingga lapangan sepakbola…

Dengan terus mempertahankan etos menulis sajak seperti ini, berani bertaruh, Hasan dalam waktu dekat akan dapat memenuhi “target” menulis sejuta puisi — seperti judul blognya yang terkenal itu — sekaligus menjadikan dia sebagai salah satu penulis sajak Indonesia paling produktif hingga saat ini.

.: Ready Susanto, penulis dan editor.
www.kata2bersahaja.blogspot.com

2. Saya sudah tamat membaca TELIMPUH. Setelah ORGASMAYA, buku ini cukup santai dan bersahaja. Saya semakin belajar dan mengajar diri dalam kalimah berbuku TELIMPUH.

Segar nan indah dalam cogan dan kosa kata yang bergelimpangan mewarnai udara yang pernah diamnya di minda. Terpantun juga ke medan cetak dan alam maya. Prolog, monolog mahupun dialogmu mencerna bicara pesta hidup seadanya.

Hasan, engkau semakin menjadi tukang larut yang jitu dan berwibawa - TERSOHOR lah jadinya. Syabas kerana semakin berani dengan mainan kata-kata, berani mengutara dan berani menggegar nusantara. Tertarik sangat dengan Kamus Empat Kata. Asyik! BERANI! Asyik! REVOLUSIONARY

/dzan - di Singapura.

3. Membaca Telimpuh, seperti membaca tiga buah buku. Satu, Buku Komik dengan kejelian memanfaatkan obyek-obyek yang terdapat dalam halaman dan peralatan membuat komik untuk mengungkapkan perasaan. Dua, Buku kamus monolingual yang berisi kata-kata yang jarang digunakan (paling tidak oleh saya) atau kata-kata yang sudah sangat populer namun berhasil diredefinisi dengan jitu secara puitis. Tiga, Kamus olahraga khususnya sepakbola, yang bercerita tentang perjalanan hidup dan juga kritik sosial.

Ayah Fauzan


4. Cerdas, jenaka,penuh imaji, kadang menggelikan dan tak dapat diterka dan diduga akhir jalan ceritanya, tapi juga menyegarkan .

.: Prayoga Kurniawan

5. Membaca sajak-sajak Hasan Aspahani bagi saya seolah-olah berada dekat dengan pacar. Kadang menyebalkan dengan kemanjaan-kemanjaan yang diberikannya yang di luar batas. Namun, membuat saya selalu kangen dan memberikan perhatian yang lebih kepadanya. Karena di balik ketidaklaziman yang diberikannya, ada ruang-ruang baru. yang kadang membuat saya mengernyitkan dahi, tertawa terbahak-bahak. merenung masygul. Dan saya yakin, Hasan Aspahai akan semakin menanamkan pengaruhnya yang besar untuk kemajuan dunia puisi Indonesia di masa yang akan datang.

Eko Putra


Rita dan Bedil Menganga




Sajak Mahmud Darwis

Antara Rita dan ini mata
ada bedil menganga
dan siapa jua yang tahu Rita
bertakluk-lututlah ia
dan hanyutlah ia terbawa
pada pukau warna sepasang mata-madunya
Dan aku sudah mengecupnya,
mengecup Rita, pada kerawanan-mudanya
Dan tak bisa kulupa gaya padaku mendekat langkahnya
Dan getar tanganku menggenggam di kepang rambutnya
Dan aku menyimpan kenang pada Rita
seperti burung pipit mengingat peta terbangnya
Ah, Rita
Antara kita ada sejuta pipit, ada sejuta citra
dan berbagai janji kencan
yang dihujani peluru
dari satu bedil menganga

Namamu, Rita, adalah pesta di lagu mulutku
Tubuhmu, Rita, adalah pengantin di arus darahku
Dan aku tersesat pada Rita, dua tahun lamanya
Dan dua tahun lamanya dia rebah di peluk-lenganku
Dan kami bikin janji-janji
atas nama gelas piala terindah di dunia
Dan kami terbakar anggur di sepasang bibir
: bibirku dan bibirnya
dan kami pun - telan telanjang - bagai lahir dari rahim lagi

Ah, Rita!
Apakah ada selain bedil ini yang bisa memalingkan mataku
dari menatap kamu, kecuali jenak sejenak
atau awan sewarna mata-madumu?
Ada sekali waktu
O, kebisuan debu

Rembulan pagiku beralih ke negeri jauh
ke arah dua mata-madumu
Dan kota mengusir pergi semua penyanyi,
juga Rita

Antara Rita dan ini mata —
ada bedil menganga


Wednesday, October 8, 2008

Sajak dari Sahabat

Ramdzan Minhat menulis sajak untuku. Sajaknya kadang datang dengan ungkapan yang tak terduga. Metafora yang mungkin bagi minda Melayunya biasa saja, tapi bagiku segar belaka. Ini misalnya: aku bagai dirasuk tahyul kaum cina di bulan tujuh.

Selengkapnya baca

bicara asyik

: hasan

aku bagai dirasuk tahyul kaum cina di bulan tujuh
sedang ramadhan datang merantai segala jenis iblis dan kuncunya

ketika bicara mu ku terima
yang mampu menerobos pemikir hati naluri penyair untuk jelata
termaktub dalam naskah kitab dini senja.

kita harus tebarkan kalam bersahaja
sebelum menular amuk senusantara
lalu terhenti bayangan kalimah mesra

aku asyik... berulang-ulang saat membaca


Tuesday, October 7, 2008

[Jajak # 001] Yang penting isinya, Bung!

Saya bertanya bagaimana rasanya membaca blog ini dengan desain baru? Saya sediakan lima pilihan sikap. Ada 113 orang yang menjawab.

a. Nyaman, sungguh! 27 (23%)
b. Nyaman, tapi.... 12 (10%)
c. Aneh, sepertinya... 13 (11%)
d. Bikin malas, soalnya... 18 (15%)
e. Yang penting isinya, bos! 43 (38%)

Fokus pertanyaan pada desain. 38 persen pengunjung (38 %) ternyata tak peduli pada wajah dan lebih mementingkan isi. 27 orang (23 %) merasa nyaman dengan desain amat sederhana ini. Saya kira cukup alasan bagi saya untuk sementara ini bertahan dengan desain ini.

Terima kasih.

- Hasan Aspahani -