Sunday, August 31, 2008

.:. SELAMAT DATANG di BULAN RAMADAN 1429 H. Allah itu Baik. Ia ciptakan PUASA, sebuah rangkaian ibadah yang UNIK. Terima Kasih, Ya Allah .:.

Aku dan Arswendo (1): Dia Bilang, "Asyik"

Arswendo Atmowiloto (Foto: Ruang Film)

+ Selamat mengarang. Di dunia itu kita akan saling bertemu, berbicara, berdebat, membagi pengalaman. Itu kalimat terakhir dalam buku Mengarang Itu Gampang. Terima kasih, Mas eh Pak Wendo. Berkat buku yang saya beli tanggal 13 Oktober 1988 itu, saya bisa menulis. Saya Hasan Aspahani, Pak. Puisi saya hari ini ada di Koran Tempo. Maaf, saya dapat nomor Anda dari Om Danarto.

- Syukurlah. Ya saya sudah baca. Bagaimana buku menulis puisinya? Sukses?



+ Buku Menapak ke Puncak Sajak? Wah, itu mengarswendo banget. Kabar dari penerbit, sejauh ini penjualannya bagus. Tidak ada retur. Beberapa toko malah repeat order. Saya sudah dapat royalti Rp300 dari penjualan enam bulan pertama. He he he. Pada pengantar buku itu saya berterima kasih pada Anda.

- Asyik, selamat, ya. Saya suka sajak Sebelas Tahun Pernikahan.

+ Ya. Terima kasih. Saya senang karena sekarang Anda menerbitkan novel baru lagi. Saya juga mengoleksi Senopati Pamungkas. Itu tokoh pahlawan masa remaja saya.(bersambung)

Bicara Asyik

Sajak Ramdzan Minhat (Singapura)


          :hasan


aku bagai dirasuk tahyul kaum cina dibulan tujuh
sedang ramadhan datang merantai segala jenis iblis dan kuncunya

ketika bicara mu ku terima
yang mampu menerobos pemikir hati naluri penyair untuk jelata
termaktub dalam naskah kitab dini senja

kita harus tebarkan kalam bersahaja
sebelum menular amuk senusantara
menghenti bayangan kalimah mesra

aku asyik...berulang-ulang saat ku baca


/dzan

Wednesday, August 27, 2008

Enam Kata dari Jokpin

SAYA berkabar kepada Joko Pinurbo lewat SMS tentang keisengan permainan melempar kata dan kemudian bersama-sama menyajakkannya. Permainan ini sementara diikuti dengan asyik oleh Dedy Tri Riyadi, M Aan Mansyur, Ramon Damora dan saya.

Saya meminta kata darinya. Dia kirim enam kata dengan kalimat yang sudah jadi - khas Jokpin. Begini kalimatnya:

Biarlah penyair menggonggong
puisi tetap berlalu.


Nah, para penyair, mari kita sajakkan enam kata itu, boleh mengutipnya utuh atau memisah-misahkan katanya dan memakainya satu per satu. Sama asyiknya, bukan? Silakan!
menjelang breaking news di akhir tahun
Sajak Anwar Jimpe Rahman

         - mengingat hasan aspahani


hari ini, aku mendapat paket. isinya weker.

pak pos bilang, hati-hati. sejak dalam perjalanan,
ia sangka dadanya yang berdegup kencang.
padahal ia tak sarapan sepekat pun kopi.
semalaman juga hanya menikmati sunyi.

“ambil cepat. aku mau pergi.
masih banyak surat yang mesti mengetuk.
silakan meledak sendiri.
buka paketnya di kamarmu saja.”

hanya ancang-ancangnya yang tertinggal.
sisa derunya menempel di kelok terakhir
kompleks ini. tak sempat lagi pintu girang aku tutup,
empat pria berbaju serba hitam sudah mengepungku
di seluruh penjuru.

“angkat tangan! kami dari perusahaan pembuat kalender.
serahkan paketnya atau umurmu kami tebak!”

pintu girang segera kututup.
aku gagal meledak hari ini.

[2007-2008]

Monday, August 25, 2008

[Kuis # 002] Tuhan Bilang, Jaga Kantorku

Pertanyaan: Seandainya kepada Anda Tuhan bilang, "hei, kamu, Aku mau pergi sebentar, tolong kamu jaga kantorku satu hari saja. Selama satu hari itu terserah kamu mau ngapain. Oke ya?" Nah, Anda tidak bisa menolak, karena itu kan perintah Tuhan. Saya mau tahu, apa yang akan Anda lakukan?

Kali ini tidak ada hadiah. Maaf. Meskipun saya akan menentukan pemenang nanti. Silakan mainkan imajinasi Anda, saya tunggu di KOMENTAR postingan ini....

Sunday, August 24, 2008

[Ruang Renung # 235] Penyair Merangkak Mengemis Kesempatan

DI blog M Aan Mansyur, seorang berkomentar begini: mengapa Anda masih saja mencuri lahan untuk penulis-penulis baru? Bukankah Anda sudah tiba di puncak dan lihatlah ke bawah, banyak yang masih merangkak. Mengapa tidak meluangkan sedikit kesempatan kepada mereka yang masih merangkak itu?

Komentar itu diberikan untuk kabar baik Aan tentang puisinya yang dimuat lagi di Koran Tempo minggu. Saya kira, itu komentar orang yang cengeng dan penakut. Pertama, dia tak menyebutkan namanya: anonim. Kedua, kalau sadar masih merangkak kenapa harus menyuruh orang yang sedang berlari untuk duduk diam? Bila ingin melampaui Aan, maka berlatihlah untuk berlari kuat dan kencang, lebih kuat dan lebih kencang dari Aan. Dengan demikian dan hanya dengan demikian, maka puisi Indonesia akan sehat jantungnya.

Kesempatan untuk tampil kok diminta. Rebut, dong. Ciptakan kesempatan itu. "saya mulai mengirim ke media nasional sejak 2004 dan muat pertama kali di Kompas 2006. Lama juga ya menunggu dua tahun..." kata Aan pada saya. Selama itu, tak terhitung berapa kali dia mengirim.[]

Saturday, August 23, 2008

Dialogam, 1

KITA tertimbun bimbang, Penambang Sayang,
gali bumi, gauli sunyi, cari yang sembunyi.

Hanya sejumput bijih timah pada setimbun tanah.

Penambang Sayang, waktu tinggal remah, terbasuh
dalam ke kubang kawah, kita makin mengunggun,
terbakar mudah, tinggal sulut sepercik marah.

Friday, August 22, 2008

Pemenang Kuis # 001

.: Pertanyaannya adalah: Bila Tuhan memberi Anda waktu sehari untuk melakukan apa saja tanpa risiko dosa atau pahala, apa yang akan Anda lakukan?


.: Ada 28 orang yang menjawab di dua blog saya. Saya memilih dua pemenang saja (maaf, tidak tiga, karena memang hanya dua itu yang memikat saya).

.: Mereka adalah:

1. Jeje: Saya minta Tuhan memgembalikan seperti keadaan semula, karena saya yakin, tak akan asyik hidup ini tanpa pahala dan dosa.

2. Aded: Biar adil, hari itu akan kubebaskan tuhan dari segala keluhan, hujatan juga permitaan, seperti Dia telah membebaskan ku dari dosa dan pahala.

.: Mohon keduanya menghubungi e-mail saya, dan memberi tahu alamat rumah plus nomor telepon genggam. Saya mau kirim hadiah.

.: Tunggu Kuis Berikutnya! :-)

- Hasan Aspahani

Thursday, August 21, 2008

Dua Bentang Tikar Sembahyang

AKU ingin kemeja lengan panjang yang kau jahit
dari lembaran langit senja: kita sama suka
warna yang amat sementara, selembut krim susu,
sebentar saja lalu jadi warna murung, segelap terung.

Dan di malam semalam sudah kupetik sembilan bintang
enam tersemat sebagai kancing dan jadi terang
Tiga buat perhiasanmu: liontin berkalung akar
dan cemerlang sepasang anting.

Kalau lagi nanti kita lewati angkuh pagar
pusat perbelanjaan maha besar
aku akan kenakan baju buatanmu,
baju tak bersaku itu, maka aku
terhindar dari curiga
pasukan satuan pengamanan yang
akan sibuk menekuri asbak sesak
dan terbebas dari rayuan
para perempuan penjaga gerai kemeja kasual
mereka lihai bersiasat dengan penjaga mesin kasir
mereka suka mengintip ke jauh saku,
mengira-ngira sejauh apa mereka bisa
selusupkan tangan ke dalamnya.

Kita bisa khusyuk berdoa di pasir ini saja
sujud dan rukuk di bawah langit terbuka
seperti mata lensa kamera raksasa
tapi tak apa jua, bila ada cukup sisa
jahitlah lembaran langit tadi untuk
sepasang tikar sembahyang:
     sebentang untukku, yang masih belajar jadi imam
     sebentang untukmu, makmum yang paling kusayang.